Wedding Suit part 4a
waaaaaaaa.. it's been sooooo looong!!
maapmaapmaap.
asli lagi sibuk dan banyak hal yang harus diurus, you know.. academic stuff.
oh, by the way, this is it, part 4. Setengah dulu yang di post, sisanya mungkin besok.. so, awesome readers (that i might not have) read up!!! don't forget to spare a little 2 mins of your time to comments! thanks!
===
“Aku bosan!” ungkap Yoona singkat sambil cemberut.
“Kapan kau tak bosan, huh??” Youngbae tersenyum kecil, sambil melanjutkan pekerjaannya.
“Dan kapan kau tak pernah membosankan??” balas Yoona sambil menjulurkan lidahnya,
“Bahkan dihari sabtu kau masih sibuk dengan pekerjaan.. Youngbe sungguh membosankaaaaan..” lalu dengan cepat menutup laptop Youngbae dan lari mengelilingi meja kerja Youngbae.
“Yah!!!” Youngbae beranjak dari tempat duduknya, lalu berlari kecil mengejar Yoona yang sekarang sudah keluar dari ruang kerja Youngbae dan mengitari ruang tengah.
“Meeehhrooong~” dengan usil Yoona menjulurkan lidahnya dan terus berlari kecil, Youngbae mempercepat langkahnya.
Dan, “Hap! Aaahhh..” Youngbae berhasil menangkap Yoona, namun sayang kaki Yoona tersandung karpet. Youngbae yang hendak menolong Yoona justru ikut jatuh terseret, mereka berdua akhirnya jatuh diatas sofa. Dengan Youngbae berada diatas Yoona.
Mata mereka bertemu, sejenak mereka tenggelam dalam mata masing-masing. Pipi Yonna memerah dengan tiba-tiba, detak jantungnya meningkat tanpa dapat ia kendalikan, ia hanya berharap Youngbae tak mendengar suara detak jantungnya . Disisi lain, Youngbae terlalu terpesona akan kecantikan Yoona yang tak pernah bosan ia kagumi, seperti kersihir kecantikan itu, Youngbae mendekatkan wajahnya pada wajah Yoona, begitu dekat hingga Yoona secara otomatis memejamkan matanya. Youngbae terus mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan. Dan seperti barusan tersadar dari sihir, Youngbae terperanjat mendapati dirinya berada sedekat itu dengan Yoona.
Dengan cepat Youngbae segera menarik tubuhnya dari Yoona dan duduk tegap, Yoona-pun demikian. Suasana berubah menjadi aneh, masing-masing kembali tenggelam dalam pikirannya.
“Eheem..so.. emmm.. yeah.. begitulah..” Yoona tak tahan dengan suasana itu segera memecah kesunyian, meskipun ia sendiri tak tau harus berkata apa.
“Hmm?? Apanya??” Youngbae merespon Yoona dengan bingung.
“Ahahaha.. errrrr..” Yoona mengeluarkan tawa anehnya, tawa yang hanya ia keluarkan jika sedang tak tahu mau berbuat apa. “emm.. itu.. AH! Maksudku.. kau!” Yoona menunjuk Youngbae tepat dihidungnya, “Kau membosankaaann.. Youngbae membosankaaaan..”
Youngbae lega sekaligus kagum pada Yoona yang telah memecah suasana aneh itu, dan kembali ke Yoona yang usil.
“Enak saja! Aku ini berdedikasi pada pekerjaan. I know fun too~” bela Youngbae.
“Oh really??”
“Oh yeah..”
“Buktikan!” tantang Yoona pada Youngbae, dan kurang dari sejam setelah itu Yoona dan Youngbae sudah berada didalam Lotte World.
“uwaaaaaaa…” Yoona menatap takjub pada bianglala besar didepannya.
“Bagaimana? Aku masih membosankan??” ujar Youngbae sambil mengangkat dagunya, bibirnya menyunggingkan senyum bangga.
“Masih. Jika kau masih berdiri saja disini tanpa mengajakku naik bianglala itu. Ayooooo~~” tanpa pikir panjang, Yoona menarik lengan Youngbae yang sebelumnya ia taruh dalam jaketnya menuju tempat antrian bianglala berada.
“Uwaaaaa..” sekali lagi Yoona berteriak takjub. Keningnya menempel di kaca bianglala, matanya membesar melihat pemandangan indah dibawahnya, berada di bianglala teratas membuat pemandangan Lotte World semakin indah.
“Uwaaa, Youngbae, lihat ituuu.. habis ini kita main itu yuk!” Yoona memanggil Youngbae dan menunjuk permainan spinning cups.
“Baiklah.. terserah kau saja..” jawabnya sambil tersenyum bangga. Hatinya terasa ringan dan hangat melihat tawa bahagia Yoona yang begitu polos.
“Yaaahhh.. kenapa bianglala ini begitu cepat berputar.. masa sudah turun??” Yoona menatap sedih pada pintu bianglala yang dibuka oleh petugas, beberapa menit setelah mereka berada dipuncak.
“Yah, kita tadi sudah 5 menit diatas, masa kau masih belum puas juga?” Yoona tak bereaksi, ia hanya menjulurkan bibir bawahnya, tanda bahwa ia kecewa.
Youngbae tertawa geli, “Sudahlah.. ayo, katanya kau mau naik spinning cups..”
“Heung.. tapi aku mau beli permen kapas dulu.. boleh ya oppa~” rayu Yoona sambil mengedipkan matanya.
“Wah! Kau bahkan memanggilku oppa!!! Das..” belum sempat melanjutkan pembicaraannya, handphone Youngbae bergetar, menandakan ada telepon masuk. Youngbae merogoh sakunya lalu mengeluarkan handphonenya.
“Siapa?”
“Jiyong..”
===
“Apa yang akan kau lakukan dengan koper itu.. “ Seungri heran melihat Shinbi yang setelah sesi pemotretan bersama Jiyong tadi terus memasang wajah tegangnya, dan kini mata Seungri membelalak ketika Shinbi membuka koper dan buru-buru memasukkan pakaian-pakaiannya dari lemari, “Nuna!!”
“Diam dulu, Seungri. Aku buru-buru.” Jawabnya singkat tanpa mengacuhkan Seungri, Shinbi masih sibuk memasukkan barangnya, kali ini ia beralih ke meja kecil disamping ranjangnya, mengambil syal dan melemparnya sembarangan masuk kedalam koper.
“Nuna! Apa kau mau melarikan diri lagi!??” Shinbi tertegun, sejenak ia menatap Seungri, lalu kembali sibuk dengan kegiatannya, berusaha mengusir pikiran tentang Jiyong.
“Samchun.”
“Heuh??”
“Samchunku. Park Jonghyun, beberapa minggu yang lalu menghubungiku. Ia memintaku untuk mengunjunginya di L.A.” Shinbi masih sibuk membereskan barangnya, seolang ia ingin segera pergi dari apartmentnya.
“Kenapa baru sekarang? Kenapa setelah Jiyong-mu datang nuna? Kau melarikan diri lagi..” Seungri menatap Shinbi lurus.
“Drop it Seungri. Jangan dibahas lagi..”
“Kau tak bisa lari begitu saja nuna.. aku melihat dengan mata kepalaku sendiri.. He cares for you.. he loves you nuna..”
“He’s married, Ri!! Apakah kau tak paham fakta itu. Jiyong sudah menikah, and there’s nothing I can do about that!”
“Nuna, apakah kau tuli, I said he lo-” belum selesai Seungri menyampaikan maksudnya, Shinbi buru-buru memotongnya.
“I said, drop it Ri.”
“Tapi nuna..” Seungri berjalan mendekat kearah Shinbi, namun Shinbi buru-buru mundur.
“Pulanglah, Ri. Aku ingin istirahat..” Shinbi secara halus mengusirnya, ia tak mau Seungri terus-terusan mengingatkannya pada Jiyong, susah payah ia pergi dari Jiyong untuk menata kembali hatinya agar bisa ikut bahagia melihat pernikahan sahabatnya itu, dan kini semua usahanya hancur sudah. Hanya dengan melihat Jiyong sekali, rasa cemburu dan kehilangan tanpa ampun menyiksa dan menyesakkan hatinya.
Shinbi mengambil frame foto dimeja kecil itu, memandangnya sejenak, “I guess, I’ll leave you once again. And I’m afraid it will be forever..” lalu ia memasukkan frame itu ke kopernya, menutup koper itu lalu mengambil handphonenya dan memencet beberapa nomer.
“Samchun~! Miss me??” katanya dengan nada ceria yang dibuat-buat begitu orang yang ia telepon menjawab.
“Aigoo.. Bee??”
“Ne samchun! Hmmmmm.. samchun.. I miss you, and Brandon too. And especially..”
“Bom?”
“Yes! Bom unnie! I miss her a lot! I’ll drop by 2 days from now. I’ll visit LA!”
“Yah! You call me samchun and unnie for my wife?? Aigoo.. Really? Wae? Kkamjakgi??”
“I just miss you guys over there! Ehe. I’ll call you again when I land! Pick me up! Okay samchun! Bye for now!”
Dan Shinbi pun menutup sambungan telepon itu.
========
“Ia akan menikah..” Jiyong menatap kosong pemandangan Tokyo dari kaca jendela kamar hotelnya, dengan sebotol sake ditangan kanannya.
“Shinbi??”
“Hmmm.. siapa lagi menurutmu?” Jiyong meneguk sake itu sekali, lalu tertawa kecut.
“Dia akan menikah, Bae. Dia akan menikah..”
Begitu mendengar kabar dari Jiyong bahwa ia menemukan Shinbi di Jepang, Youngbae langsung memesan tiket penerbangan tercepat dan mendarat di Tokyo 4 jam kemudian.
“Kau yakin??” Youngbae kini ikut memandang pemandangan Tokyo yang mulai beranjak larut.
“Hhh.. menurutmu? Seorang wanita pergi ke parlor gaun pengantin dengan’calon suami’nya, mencoba gaun, lalu tertawa bahagia dengan ‘calon suami’nya itu, masih kurang yakin apa kau?” entah pengaruh sake atau memang mood Jiyong yang sedang jelek, kata-kata barusan terdengar sangat sinis tidak lupa ia menekankan intonasinya setiap ia mengucapkan ‘calon suami’. Youngbae hanya menepuk pundak sahabatnya.
“Atleast kau masih pun..”
“SURPRISE!!!” belum selesai kalimat Youngbae, Yoona masuk ke kamar hotel Jiyong, tidak hanya mengagetkan Jiyong, namun Youngbae pun juga.
“Apa yang kau lakukan disini??” Jiyong dan Youngbae bertanya secara bersamaan.
“Bagaimana kau bisa sampai kemari??” Youngbae menambahkan pertanyaan.
“So much for greeting a guest!” Yoona menjawab pertanyaan mereka, sebenarnya saat Jiyong menelpon tadi, ia sudah merasakan ada suatu hal yang salah. Tanpa sepengetahuan Youngbae ia naik pesawat yang sama dengannya.
Youngbae dan Jiyong hanya saling memandang, “Jaa.. coz you Jiyong, ruining my weekend, kau harus traktir aku.. kau juga Youngbae!” dan dengan begitu, ketiga dari mereka duduk disalah satu bar terkenal di pusat Tokyo sejam kemudian.
Jiyong tampak tak bereaksi dengan dentuman music disekelilingnya, yang sekarang ada dipikirannya adalah, membuat bayangan Shinbi menghilang dari kepalanya, dan mabuk adalah jalan tercepat. Entah berapa sloki vodka telah ia teguk, namun kesadarannya masih lumayan tinggi.
“You guys are boring, you know??” Yoona yang tak tahan melihat Jiyong lalu meninggalkan meja mereka dan turun ke arena dansa, Youngbae segera menyusulnya,
meninggalkan Jiyong sendiri.
Jiyong sekali lagi meneguk vodkanya, kali ini langsung dari mulut botol. Perlahan pandangan matanya mulai kabur, sekali lagi ia meneguk cairan itu, lalu meletakkan botol itu kemeja denga suara ‘taak’ keras. Ia menyapukan pandangannya ke penjuru bar, berharap menemukan Youngbae, ia sangat ingin pulang.
Namun sesuatu menarik perhatiannya, di bar yang berseberangan dengan tempat ia duduk sekarang. Jiyong mengerjapkan matanya dua kali sebelum akhirnya yakin dengan apa yang ia lihat. Darahnya seketika mendidih, emosi membutakannya, entah kekuatan dari mana ia segera berdiri dan berjalan keseberang. Dengan tangan terkepal kuat dan amarah yang memuncak, ia berjalan dengan amat acuh hingga beberapa orang yang ia senggol mengumpatnya.
Namun ia tak peduli, yang ia tahu sekarang adalah menuju bar itu.
====
Seungri tak habis pikir dengan jalan pikiran Shinbi, apa yang harus ditakutkan dari pengakuan? Jiyong dan Shinbi toh sudah bersahabat lama. Tak mungkin Jiyong akan membenci Shinbi hanya karena Shinbi merasakan sesuatu yang lebih pada Jiyong. Tak mungkin Jiyong akan menafikkan persahabatan mereka lalu berubah sikap pada Shinbi hanya karena..
Pikiran Seungri terganggu oleh getaran handphone di sakunya, dengan sigap ia merogoh saku dan mengambil telepon genggamnya itu.
“Ya? Hm, baiklah..” singkat, Seungri lalu menutup teleponnya dan segera berjalan menuju mobilnya yang ia parkir didepan kompleks apartment tempat Shinbi tinggal, dan segera menyetir mobilnya ke arah jantung kota Tokyo.
“Zzup!!” Sapa Chaerin, sepupu jauh Seungri sambil berlari kecil menyambutnya begitu ia masuk keruangnya.
“So-so.. kenapa memanggilku heh??” tanpa membalas pelukan Chaerin, Seungri langsung bertanya.
“Cold. Hmph!” tampak sekali bahwa Chaerin kecewa dengan respon sepupu jauh/sahabatnya itu, namun mengenal Seungri sejak kecil ia jadi kebal, “Anyway, check this up! I’ve got a new beat and I think I’ll use it tonite!!!” katanya kembali ceria. Chaerin menyeret Seungri ke meja kerjanya yang terletak di ujung ruangan, lalu dengan sigap mengutak-atik laptop dan G4 di diatas meja itu.
“This is it!!” ujarnya sebelum menekan tombol enter dan alunan music hiphop pun mengalun. Seungri yang tadinya cuek, perlahan menggerakkan tubuhnya seirama dengan dentuman elektro ciptaan Chaerin.
“Lumayan.. lumayan untuk DJ yang baru saja debut..” Chaerin yang sudah paham dengan sikap Seungri yang kurang bisa memuji tersenyum lebar.
“I know.. hha!” katanya sambil meninju pelan bahu Seungri.
“Kapan kau tampil??” tanya Seungri acuh sambil sesekali melihat jam tangan di pergelangan kirinya.
“Entahlah, sekitar 2 jam lagi mungkin..” jawab Chaerin tak yakin, seketika mata Seungri membelalak kaget.
“WHAT!!?? Baru 2 jam lagii??!!”
“Mungkin” potong Chaerin cepat.
“Damn!”
“Aish! Seperti kau ada pekerjaan lebih penting saja.. sudahlah jangan marah, ayo aku traktir.. ” Seungri langsung bereaksi dengan ajakannya, seketika senyumnya mengembang lebar “but no alcohol yet..” Chaerin melanjutkan perkataannya sambil melenggang menuju bar, sementar Seungri mengikutinya dengan merengut.
Sesampainya di bar, Cherin langsung mengetuk meja memanggil bartender lalu berbincang dengan bahasa Jepang cepat yang hanya bisa ditangkap Seungri sepotong-sepotong. Beberapa menit kemudian dua gelas cantik berisi cairan merah dan aksesoris payung hadir dihadapan mereka.
Seungri mengangkat gelasnya dengan ekspresi jijik “Apa ini???”
“Lucukan?? Cobalah, ini minuman favoritku dan Key..” jawab Chaerin ceria sambil menyeruput cairan merah itu lewat sedotannya.
Seungri yang masih jijik dengan tampilan minumannya itu dengan ragu mengikuti jejak Chaerin, “Hmm.. lumayan.. oh iya, siapa Key? Pacar?”
“Key? Pacar? Haaa. No! he’s my friend~ itu dia disana..” Chaerin mengarahkan teunjuknya ke arah seorang laki-laki muda dipojokan bar.
Seketika Seungri mengulas kepalanya untuk melihat arah telunjuk Chaerin dan saat akhirnya mata Seungri mendarat ke sosok Key, saat itu juga rahang bawah Seungri jatuh kelantai. Ia melihat suatu pemandangan yang agak kurang.. sedap ia pandang. Ia melihat sesosok pria muda sedang, bersilat lidah dengan partner-nya, yang juga seorang pria.
“He’s a gay!!??” Teriakan Seungri tercekat, takut ada yang mendengarnya.
“Yewp!” Chaerin menjawab ringan sambil tersenyum jahil, sementara Seungri sibuk melihat kesekitarnya, takut jangan jangan ada yang meliatnya meminum minuman lucu itu lalu menyangka bahwa Seungri juga gay. Dan benar saja, di seberang sana seorang pria tegap berambut sebahu, bermata besar dan berhidung lancip melihat penuh napsu tanpa lupa mengedip genit kearahnya.
Seungri bergidik ngeri, “Damn you, Rin! Kau sengaja membelikanku minuman lucu ini
ya! Lihat akibatnya pria disana barusan mengedip kearahku!” dengan histeris Seungri segera meletakkan minuman jahanam itu dan berdiri tegak siap-siap pergi, namun Chaerin dengan sigap menaruh tangannya dibahu Seungri.
“Chill.. santai saja.” Katanya tenang dengan sedikit usil.
“Tenang kepalamu! Dia barusan mengedip padaku. Oh my god, being handsome is really a sin. Even a gay attracted to me! Have a mercy.” Dengan panic Seungri menggeliat-geliat tak tenang di kursinya, sekali lagi ia mencuri pandang kearah pria tadi yang kini makin mendekat, satu-satunya penghalang pria itu adalah kerumunan masa yang mulai menikmati alunan music di lantai dansa.
Pikiran Seungri tak bisa lurus lagi, entah datang darimana, sebuah ide tiba-tiba muncul di otaknya saat pria itu tinggal berjarak 2 meter dari tempat mereka duduk.
“Rin, kau yang membuatku jadi begini. Kau harus membayarnya.” Ujarnya sedikit panic. Chaerin hanya memandangnya heran, “huh?”
Dalam hitungan sepersekian detik, Seungri meraih gelas minuman Chaerin yang masih ia genggam, menaruhnya di counter bar, lalu dengan sigap meraih leher belakang Chaerin dengan kirinya, sementara tangan kanannya berada di pipi Chaerin dengan jempol menutupi bibir Chaerin. Detik berikutnya, Seungri sudah menempelkan bibirnya diatas bibir Chaerin dengan hanya jempol sebagai pembatasnya.
Mata Chaerin terbelalak.
Nafasnya tertahan.
Saat akhirnya Seungri menarik kembali bibirnya dan melepaskan tekanan tangannya dari kepalanya, Chaerin hanya bisa tertegun.
“WHAT THE HELL LEE SEUNGRI!!” Seungri hanya nyengir setelah yakin pria yang tadi mendekat hilang dari pandangannya.
Chaerin yang kesal langsung bangkit dari kursinya dan meninggalkan Seungri yang bengong melihat reaksinya.
“Yah Chaerin ah! Mau kemana kau?” buru-buru Seungri menyusulnya, dengan hanya beberapa langkah saja Seungri berhasil menangkap pergelangan Chaerin dan memutar tubuhnya. Seungri terkesiap, didepannya kini berdiri seorang Chaerin yang menangis, air mata menganak sungai dari kedua matanya, dan Seungri tahu ini salahnya. Yang tak Seungri tahu adalah alasan mengapa hatinya terasa sesak oleh pemandangan itu.
“Rin..Chaerin-ah.. mianhae..” Ujar Seungri lirih, hanya Chaerin yang bisa mendengarnya, namun bukannya berhenti menangis air mata Chaerin semakin deras mengalir, Seungri tak tahu lagi harus berbuat apa selain memeluk Chaerin dan mengusap kepalanya.
“Mianhae.. Oppa ga mianhae..” Ujar Seungri seraya berdoa agar candaannya berhasil membuat Chaerin berhenti menangis, Chaerin selalu tertawa saat Seungri menyebut dirinya sendiri dengan sebutan oppa. Dan kali inipun Seungri berhasil.
“Mwol oppa!!” kata Chaerin sambil mengelap air matanya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya memukul dada Seungri pelan.
“Ehe, atleast you stop crying.. mianhae Rin-ah!”
“Don’t do that again.. Aku kaget..Ah.. dan sekarang kau harus make up lagi!” keluhnya.
“Do what? Pura-pura menciummu?” Pipi Chaerin memerah, ia melempar pandangan marah ke arah Seungri.
Seungri hanya tertawa kecil melihatnya, “Berarti kalau aku melakukan ini..” Seungri menundukkan kepalanya dan detik berikut yang Chaerin bisa lakukan hanyalah menutup matanya, menikmati bibir Seungri yang tepat berada diatas bibirnya, kali ini tanpa jempol Seungri sebagai pembatasnya.
Setelah beberapa saat, Seungri menarik bibirnya, tersenyum konyol, “Tidak marahkan?”
Cherin seperti disadarkan, serta merta ia membuka matanya dan melihat senyum konyol Seungri, sekali lagi ia merasa kesal.
“Ini bukan mainan Ri! Jangan mencium bibirku hanya untuk permainan konyolmu!” Chaerin berbalik dan sekali lagi melenggang meninggalkan Seungri, namun Seungri bereaksi cepat, ia genggam tangan Chaerin, menahannya agar tak pergi lagi, setelah Chaerin tak lagi berontak, Seungri buru-buru memeluknya dari belakang.
“Barusan bukan mainan, jimshimiya..”
“Mwo??”
“Jimshimiya Rin-ah..”
Perlahan Chaerin memutar badannya hingga matanya menatap lurus ke mata Seungri,
“Maksudmu?”
“Jimshimiya.. Jimshimhaesso.. Nori anya..”
Belum sempat Chaerin bertanya lagi, Seorang pria tiba-tiba membalik tubuh Seungri dan detik berikutnya Chaerin mendapati Seungri terkapar di lantai pub dengan bibir sobek.
“Seungri ah!”
“Get your ass up, you bastard!” Chaerin mengalihkan perhatiannya kearah asal suara itu, dan ia melihat pria mabuk siap menghajar Seungri.
Read more!
maapmaapmaap.
asli lagi sibuk dan banyak hal yang harus diurus, you know.. academic stuff.
oh, by the way, this is it, part 4. Setengah dulu yang di post, sisanya mungkin besok.. so, awesome readers (that i might not have) read up!!! don't forget to spare a little 2 mins of your time to comments! thanks!
===
“Aku bosan!” ungkap Yoona singkat sambil cemberut.
“Kapan kau tak bosan, huh??” Youngbae tersenyum kecil, sambil melanjutkan pekerjaannya.
“Dan kapan kau tak pernah membosankan??” balas Yoona sambil menjulurkan lidahnya,
“Bahkan dihari sabtu kau masih sibuk dengan pekerjaan.. Youngbe sungguh membosankaaaaan..” lalu dengan cepat menutup laptop Youngbae dan lari mengelilingi meja kerja Youngbae.
“Yah!!!” Youngbae beranjak dari tempat duduknya, lalu berlari kecil mengejar Yoona yang sekarang sudah keluar dari ruang kerja Youngbae dan mengitari ruang tengah.
“Meeehhrooong~” dengan usil Yoona menjulurkan lidahnya dan terus berlari kecil, Youngbae mempercepat langkahnya.
Dan, “Hap! Aaahhh..” Youngbae berhasil menangkap Yoona, namun sayang kaki Yoona tersandung karpet. Youngbae yang hendak menolong Yoona justru ikut jatuh terseret, mereka berdua akhirnya jatuh diatas sofa. Dengan Youngbae berada diatas Yoona.
Mata mereka bertemu, sejenak mereka tenggelam dalam mata masing-masing. Pipi Yonna memerah dengan tiba-tiba, detak jantungnya meningkat tanpa dapat ia kendalikan, ia hanya berharap Youngbae tak mendengar suara detak jantungnya . Disisi lain, Youngbae terlalu terpesona akan kecantikan Yoona yang tak pernah bosan ia kagumi, seperti kersihir kecantikan itu, Youngbae mendekatkan wajahnya pada wajah Yoona, begitu dekat hingga Yoona secara otomatis memejamkan matanya. Youngbae terus mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan. Dan seperti barusan tersadar dari sihir, Youngbae terperanjat mendapati dirinya berada sedekat itu dengan Yoona.
Dengan cepat Youngbae segera menarik tubuhnya dari Yoona dan duduk tegap, Yoona-pun demikian. Suasana berubah menjadi aneh, masing-masing kembali tenggelam dalam pikirannya.
“Eheem..so.. emmm.. yeah.. begitulah..” Yoona tak tahan dengan suasana itu segera memecah kesunyian, meskipun ia sendiri tak tau harus berkata apa.
“Hmm?? Apanya??” Youngbae merespon Yoona dengan bingung.
“Ahahaha.. errrrr..” Yoona mengeluarkan tawa anehnya, tawa yang hanya ia keluarkan jika sedang tak tahu mau berbuat apa. “emm.. itu.. AH! Maksudku.. kau!” Yoona menunjuk Youngbae tepat dihidungnya, “Kau membosankaaann.. Youngbae membosankaaaan..”
Youngbae lega sekaligus kagum pada Yoona yang telah memecah suasana aneh itu, dan kembali ke Yoona yang usil.
“Enak saja! Aku ini berdedikasi pada pekerjaan. I know fun too~” bela Youngbae.
“Oh really??”
“Oh yeah..”
“Buktikan!” tantang Yoona pada Youngbae, dan kurang dari sejam setelah itu Yoona dan Youngbae sudah berada didalam Lotte World.
“uwaaaaaaa…” Yoona menatap takjub pada bianglala besar didepannya.
“Bagaimana? Aku masih membosankan??” ujar Youngbae sambil mengangkat dagunya, bibirnya menyunggingkan senyum bangga.
“Masih. Jika kau masih berdiri saja disini tanpa mengajakku naik bianglala itu. Ayooooo~~” tanpa pikir panjang, Yoona menarik lengan Youngbae yang sebelumnya ia taruh dalam jaketnya menuju tempat antrian bianglala berada.
“Uwaaaaa..” sekali lagi Yoona berteriak takjub. Keningnya menempel di kaca bianglala, matanya membesar melihat pemandangan indah dibawahnya, berada di bianglala teratas membuat pemandangan Lotte World semakin indah.
“Uwaaa, Youngbae, lihat ituuu.. habis ini kita main itu yuk!” Yoona memanggil Youngbae dan menunjuk permainan spinning cups.
“Baiklah.. terserah kau saja..” jawabnya sambil tersenyum bangga. Hatinya terasa ringan dan hangat melihat tawa bahagia Yoona yang begitu polos.
“Yaaahhh.. kenapa bianglala ini begitu cepat berputar.. masa sudah turun??” Yoona menatap sedih pada pintu bianglala yang dibuka oleh petugas, beberapa menit setelah mereka berada dipuncak.
“Yah, kita tadi sudah 5 menit diatas, masa kau masih belum puas juga?” Yoona tak bereaksi, ia hanya menjulurkan bibir bawahnya, tanda bahwa ia kecewa.
Youngbae tertawa geli, “Sudahlah.. ayo, katanya kau mau naik spinning cups..”
“Heung.. tapi aku mau beli permen kapas dulu.. boleh ya oppa~” rayu Yoona sambil mengedipkan matanya.
“Wah! Kau bahkan memanggilku oppa!!! Das..” belum sempat melanjutkan pembicaraannya, handphone Youngbae bergetar, menandakan ada telepon masuk. Youngbae merogoh sakunya lalu mengeluarkan handphonenya.
“Siapa?”
“Jiyong..”
===
“Apa yang akan kau lakukan dengan koper itu.. “ Seungri heran melihat Shinbi yang setelah sesi pemotretan bersama Jiyong tadi terus memasang wajah tegangnya, dan kini mata Seungri membelalak ketika Shinbi membuka koper dan buru-buru memasukkan pakaian-pakaiannya dari lemari, “Nuna!!”
“Diam dulu, Seungri. Aku buru-buru.” Jawabnya singkat tanpa mengacuhkan Seungri, Shinbi masih sibuk memasukkan barangnya, kali ini ia beralih ke meja kecil disamping ranjangnya, mengambil syal dan melemparnya sembarangan masuk kedalam koper.
“Nuna! Apa kau mau melarikan diri lagi!??” Shinbi tertegun, sejenak ia menatap Seungri, lalu kembali sibuk dengan kegiatannya, berusaha mengusir pikiran tentang Jiyong.
“Samchun.”
“Heuh??”
“Samchunku. Park Jonghyun, beberapa minggu yang lalu menghubungiku. Ia memintaku untuk mengunjunginya di L.A.” Shinbi masih sibuk membereskan barangnya, seolang ia ingin segera pergi dari apartmentnya.
“Kenapa baru sekarang? Kenapa setelah Jiyong-mu datang nuna? Kau melarikan diri lagi..” Seungri menatap Shinbi lurus.
“Drop it Seungri. Jangan dibahas lagi..”
“Kau tak bisa lari begitu saja nuna.. aku melihat dengan mata kepalaku sendiri.. He cares for you.. he loves you nuna..”
“He’s married, Ri!! Apakah kau tak paham fakta itu. Jiyong sudah menikah, and there’s nothing I can do about that!”
“Nuna, apakah kau tuli, I said he lo-” belum selesai Seungri menyampaikan maksudnya, Shinbi buru-buru memotongnya.
“I said, drop it Ri.”
“Tapi nuna..” Seungri berjalan mendekat kearah Shinbi, namun Shinbi buru-buru mundur.
“Pulanglah, Ri. Aku ingin istirahat..” Shinbi secara halus mengusirnya, ia tak mau Seungri terus-terusan mengingatkannya pada Jiyong, susah payah ia pergi dari Jiyong untuk menata kembali hatinya agar bisa ikut bahagia melihat pernikahan sahabatnya itu, dan kini semua usahanya hancur sudah. Hanya dengan melihat Jiyong sekali, rasa cemburu dan kehilangan tanpa ampun menyiksa dan menyesakkan hatinya.
Shinbi mengambil frame foto dimeja kecil itu, memandangnya sejenak, “I guess, I’ll leave you once again. And I’m afraid it will be forever..” lalu ia memasukkan frame itu ke kopernya, menutup koper itu lalu mengambil handphonenya dan memencet beberapa nomer.
“Samchun~! Miss me??” katanya dengan nada ceria yang dibuat-buat begitu orang yang ia telepon menjawab.
“Aigoo.. Bee??”
“Ne samchun! Hmmmmm.. samchun.. I miss you, and Brandon too. And especially..”
“Bom?”
“Yes! Bom unnie! I miss her a lot! I’ll drop by 2 days from now. I’ll visit LA!”
“Yah! You call me samchun and unnie for my wife?? Aigoo.. Really? Wae? Kkamjakgi??”
“I just miss you guys over there! Ehe. I’ll call you again when I land! Pick me up! Okay samchun! Bye for now!”
Dan Shinbi pun menutup sambungan telepon itu.
========
“Ia akan menikah..” Jiyong menatap kosong pemandangan Tokyo dari kaca jendela kamar hotelnya, dengan sebotol sake ditangan kanannya.
“Shinbi??”
“Hmmm.. siapa lagi menurutmu?” Jiyong meneguk sake itu sekali, lalu tertawa kecut.
“Dia akan menikah, Bae. Dia akan menikah..”
Begitu mendengar kabar dari Jiyong bahwa ia menemukan Shinbi di Jepang, Youngbae langsung memesan tiket penerbangan tercepat dan mendarat di Tokyo 4 jam kemudian.
“Kau yakin??” Youngbae kini ikut memandang pemandangan Tokyo yang mulai beranjak larut.
“Hhh.. menurutmu? Seorang wanita pergi ke parlor gaun pengantin dengan’calon suami’nya, mencoba gaun, lalu tertawa bahagia dengan ‘calon suami’nya itu, masih kurang yakin apa kau?” entah pengaruh sake atau memang mood Jiyong yang sedang jelek, kata-kata barusan terdengar sangat sinis tidak lupa ia menekankan intonasinya setiap ia mengucapkan ‘calon suami’. Youngbae hanya menepuk pundak sahabatnya.
“Atleast kau masih pun..”
“SURPRISE!!!” belum selesai kalimat Youngbae, Yoona masuk ke kamar hotel Jiyong, tidak hanya mengagetkan Jiyong, namun Youngbae pun juga.
“Apa yang kau lakukan disini??” Jiyong dan Youngbae bertanya secara bersamaan.
“Bagaimana kau bisa sampai kemari??” Youngbae menambahkan pertanyaan.
“So much for greeting a guest!” Yoona menjawab pertanyaan mereka, sebenarnya saat Jiyong menelpon tadi, ia sudah merasakan ada suatu hal yang salah. Tanpa sepengetahuan Youngbae ia naik pesawat yang sama dengannya.
Youngbae dan Jiyong hanya saling memandang, “Jaa.. coz you Jiyong, ruining my weekend, kau harus traktir aku.. kau juga Youngbae!” dan dengan begitu, ketiga dari mereka duduk disalah satu bar terkenal di pusat Tokyo sejam kemudian.
Jiyong tampak tak bereaksi dengan dentuman music disekelilingnya, yang sekarang ada dipikirannya adalah, membuat bayangan Shinbi menghilang dari kepalanya, dan mabuk adalah jalan tercepat. Entah berapa sloki vodka telah ia teguk, namun kesadarannya masih lumayan tinggi.
“You guys are boring, you know??” Yoona yang tak tahan melihat Jiyong lalu meninggalkan meja mereka dan turun ke arena dansa, Youngbae segera menyusulnya,
meninggalkan Jiyong sendiri.
Jiyong sekali lagi meneguk vodkanya, kali ini langsung dari mulut botol. Perlahan pandangan matanya mulai kabur, sekali lagi ia meneguk cairan itu, lalu meletakkan botol itu kemeja denga suara ‘taak’ keras. Ia menyapukan pandangannya ke penjuru bar, berharap menemukan Youngbae, ia sangat ingin pulang.
Namun sesuatu menarik perhatiannya, di bar yang berseberangan dengan tempat ia duduk sekarang. Jiyong mengerjapkan matanya dua kali sebelum akhirnya yakin dengan apa yang ia lihat. Darahnya seketika mendidih, emosi membutakannya, entah kekuatan dari mana ia segera berdiri dan berjalan keseberang. Dengan tangan terkepal kuat dan amarah yang memuncak, ia berjalan dengan amat acuh hingga beberapa orang yang ia senggol mengumpatnya.
Namun ia tak peduli, yang ia tahu sekarang adalah menuju bar itu.
====
Seungri tak habis pikir dengan jalan pikiran Shinbi, apa yang harus ditakutkan dari pengakuan? Jiyong dan Shinbi toh sudah bersahabat lama. Tak mungkin Jiyong akan membenci Shinbi hanya karena Shinbi merasakan sesuatu yang lebih pada Jiyong. Tak mungkin Jiyong akan menafikkan persahabatan mereka lalu berubah sikap pada Shinbi hanya karena..
Pikiran Seungri terganggu oleh getaran handphone di sakunya, dengan sigap ia merogoh saku dan mengambil telepon genggamnya itu.
“Ya? Hm, baiklah..” singkat, Seungri lalu menutup teleponnya dan segera berjalan menuju mobilnya yang ia parkir didepan kompleks apartment tempat Shinbi tinggal, dan segera menyetir mobilnya ke arah jantung kota Tokyo.
“Zzup!!” Sapa Chaerin, sepupu jauh Seungri sambil berlari kecil menyambutnya begitu ia masuk keruangnya.
“So-so.. kenapa memanggilku heh??” tanpa membalas pelukan Chaerin, Seungri langsung bertanya.
“Cold. Hmph!” tampak sekali bahwa Chaerin kecewa dengan respon sepupu jauh/sahabatnya itu, namun mengenal Seungri sejak kecil ia jadi kebal, “Anyway, check this up! I’ve got a new beat and I think I’ll use it tonite!!!” katanya kembali ceria. Chaerin menyeret Seungri ke meja kerjanya yang terletak di ujung ruangan, lalu dengan sigap mengutak-atik laptop dan G4 di diatas meja itu.
“This is it!!” ujarnya sebelum menekan tombol enter dan alunan music hiphop pun mengalun. Seungri yang tadinya cuek, perlahan menggerakkan tubuhnya seirama dengan dentuman elektro ciptaan Chaerin.
“Lumayan.. lumayan untuk DJ yang baru saja debut..” Chaerin yang sudah paham dengan sikap Seungri yang kurang bisa memuji tersenyum lebar.
“I know.. hha!” katanya sambil meninju pelan bahu Seungri.
“Kapan kau tampil??” tanya Seungri acuh sambil sesekali melihat jam tangan di pergelangan kirinya.
“Entahlah, sekitar 2 jam lagi mungkin..” jawab Chaerin tak yakin, seketika mata Seungri membelalak kaget.
“WHAT!!?? Baru 2 jam lagii??!!”
“Mungkin” potong Chaerin cepat.
“Damn!”
“Aish! Seperti kau ada pekerjaan lebih penting saja.. sudahlah jangan marah, ayo aku traktir.. ” Seungri langsung bereaksi dengan ajakannya, seketika senyumnya mengembang lebar “but no alcohol yet..” Chaerin melanjutkan perkataannya sambil melenggang menuju bar, sementar Seungri mengikutinya dengan merengut.
Sesampainya di bar, Cherin langsung mengetuk meja memanggil bartender lalu berbincang dengan bahasa Jepang cepat yang hanya bisa ditangkap Seungri sepotong-sepotong. Beberapa menit kemudian dua gelas cantik berisi cairan merah dan aksesoris payung hadir dihadapan mereka.
Seungri mengangkat gelasnya dengan ekspresi jijik “Apa ini???”
“Lucukan?? Cobalah, ini minuman favoritku dan Key..” jawab Chaerin ceria sambil menyeruput cairan merah itu lewat sedotannya.
Seungri yang masih jijik dengan tampilan minumannya itu dengan ragu mengikuti jejak Chaerin, “Hmm.. lumayan.. oh iya, siapa Key? Pacar?”
“Key? Pacar? Haaa. No! he’s my friend~ itu dia disana..” Chaerin mengarahkan teunjuknya ke arah seorang laki-laki muda dipojokan bar.
Seketika Seungri mengulas kepalanya untuk melihat arah telunjuk Chaerin dan saat akhirnya mata Seungri mendarat ke sosok Key, saat itu juga rahang bawah Seungri jatuh kelantai. Ia melihat suatu pemandangan yang agak kurang.. sedap ia pandang. Ia melihat sesosok pria muda sedang, bersilat lidah dengan partner-nya, yang juga seorang pria.
“He’s a gay!!??” Teriakan Seungri tercekat, takut ada yang mendengarnya.
“Yewp!” Chaerin menjawab ringan sambil tersenyum jahil, sementara Seungri sibuk melihat kesekitarnya, takut jangan jangan ada yang meliatnya meminum minuman lucu itu lalu menyangka bahwa Seungri juga gay. Dan benar saja, di seberang sana seorang pria tegap berambut sebahu, bermata besar dan berhidung lancip melihat penuh napsu tanpa lupa mengedip genit kearahnya.
Seungri bergidik ngeri, “Damn you, Rin! Kau sengaja membelikanku minuman lucu ini
ya! Lihat akibatnya pria disana barusan mengedip kearahku!” dengan histeris Seungri segera meletakkan minuman jahanam itu dan berdiri tegak siap-siap pergi, namun Chaerin dengan sigap menaruh tangannya dibahu Seungri.
“Chill.. santai saja.” Katanya tenang dengan sedikit usil.
“Tenang kepalamu! Dia barusan mengedip padaku. Oh my god, being handsome is really a sin. Even a gay attracted to me! Have a mercy.” Dengan panic Seungri menggeliat-geliat tak tenang di kursinya, sekali lagi ia mencuri pandang kearah pria tadi yang kini makin mendekat, satu-satunya penghalang pria itu adalah kerumunan masa yang mulai menikmati alunan music di lantai dansa.
Pikiran Seungri tak bisa lurus lagi, entah datang darimana, sebuah ide tiba-tiba muncul di otaknya saat pria itu tinggal berjarak 2 meter dari tempat mereka duduk.
“Rin, kau yang membuatku jadi begini. Kau harus membayarnya.” Ujarnya sedikit panic. Chaerin hanya memandangnya heran, “huh?”
Dalam hitungan sepersekian detik, Seungri meraih gelas minuman Chaerin yang masih ia genggam, menaruhnya di counter bar, lalu dengan sigap meraih leher belakang Chaerin dengan kirinya, sementara tangan kanannya berada di pipi Chaerin dengan jempol menutupi bibir Chaerin. Detik berikutnya, Seungri sudah menempelkan bibirnya diatas bibir Chaerin dengan hanya jempol sebagai pembatasnya.
Mata Chaerin terbelalak.
Nafasnya tertahan.
Saat akhirnya Seungri menarik kembali bibirnya dan melepaskan tekanan tangannya dari kepalanya, Chaerin hanya bisa tertegun.
“WHAT THE HELL LEE SEUNGRI!!” Seungri hanya nyengir setelah yakin pria yang tadi mendekat hilang dari pandangannya.
Chaerin yang kesal langsung bangkit dari kursinya dan meninggalkan Seungri yang bengong melihat reaksinya.
“Yah Chaerin ah! Mau kemana kau?” buru-buru Seungri menyusulnya, dengan hanya beberapa langkah saja Seungri berhasil menangkap pergelangan Chaerin dan memutar tubuhnya. Seungri terkesiap, didepannya kini berdiri seorang Chaerin yang menangis, air mata menganak sungai dari kedua matanya, dan Seungri tahu ini salahnya. Yang tak Seungri tahu adalah alasan mengapa hatinya terasa sesak oleh pemandangan itu.
“Rin..Chaerin-ah.. mianhae..” Ujar Seungri lirih, hanya Chaerin yang bisa mendengarnya, namun bukannya berhenti menangis air mata Chaerin semakin deras mengalir, Seungri tak tahu lagi harus berbuat apa selain memeluk Chaerin dan mengusap kepalanya.
“Mianhae.. Oppa ga mianhae..” Ujar Seungri seraya berdoa agar candaannya berhasil membuat Chaerin berhenti menangis, Chaerin selalu tertawa saat Seungri menyebut dirinya sendiri dengan sebutan oppa. Dan kali inipun Seungri berhasil.
“Mwol oppa!!” kata Chaerin sambil mengelap air matanya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya memukul dada Seungri pelan.
“Ehe, atleast you stop crying.. mianhae Rin-ah!”
“Don’t do that again.. Aku kaget..Ah.. dan sekarang kau harus make up lagi!” keluhnya.
“Do what? Pura-pura menciummu?” Pipi Chaerin memerah, ia melempar pandangan marah ke arah Seungri.
Seungri hanya tertawa kecil melihatnya, “Berarti kalau aku melakukan ini..” Seungri menundukkan kepalanya dan detik berikut yang Chaerin bisa lakukan hanyalah menutup matanya, menikmati bibir Seungri yang tepat berada diatas bibirnya, kali ini tanpa jempol Seungri sebagai pembatasnya.
Setelah beberapa saat, Seungri menarik bibirnya, tersenyum konyol, “Tidak marahkan?”
Cherin seperti disadarkan, serta merta ia membuka matanya dan melihat senyum konyol Seungri, sekali lagi ia merasa kesal.
“Ini bukan mainan Ri! Jangan mencium bibirku hanya untuk permainan konyolmu!” Chaerin berbalik dan sekali lagi melenggang meninggalkan Seungri, namun Seungri bereaksi cepat, ia genggam tangan Chaerin, menahannya agar tak pergi lagi, setelah Chaerin tak lagi berontak, Seungri buru-buru memeluknya dari belakang.
“Barusan bukan mainan, jimshimiya..”
“Mwo??”
“Jimshimiya Rin-ah..”
Perlahan Chaerin memutar badannya hingga matanya menatap lurus ke mata Seungri,
“Maksudmu?”
“Jimshimiya.. Jimshimhaesso.. Nori anya..”
Belum sempat Chaerin bertanya lagi, Seorang pria tiba-tiba membalik tubuh Seungri dan detik berikutnya Chaerin mendapati Seungri terkapar di lantai pub dengan bibir sobek.
“Seungri ah!”
“Get your ass up, you bastard!” Chaerin mengalihkan perhatiannya kearah asal suara itu, dan ia melihat pria mabuk siap menghajar Seungri.
Read more!
Read Users' Comments (4)