Wedding Suit part 4a

waaaaaaaa.. it's been sooooo looong!!
maapmaapmaap.
asli lagi sibuk dan banyak hal yang harus diurus, you know.. academic stuff.
oh, by the way, this is it, part 4. Setengah dulu yang di post, sisanya mungkin besok.. so, awesome readers (that i might not have) read up!!! don't forget to spare a little 2 mins of your time to comments! thanks!




===

“Aku bosan!” ungkap Yoona singkat sambil cemberut.

“Kapan kau tak bosan, huh??” Youngbae tersenyum kecil, sambil melanjutkan pekerjaannya.

“Dan kapan kau tak pernah membosankan??” balas Yoona sambil menjulurkan lidahnya,

“Bahkan dihari sabtu kau masih sibuk dengan pekerjaan.. Youngbe sungguh membosankaaaaan..” lalu dengan cepat menutup laptop Youngbae dan lari mengelilingi meja kerja Youngbae.

“Yah!!!” Youngbae beranjak dari tempat duduknya, lalu berlari kecil mengejar Yoona yang sekarang sudah keluar dari ruang kerja Youngbae dan mengitari ruang tengah.

“Meeehhrooong~” dengan usil Yoona menjulurkan lidahnya dan terus berlari kecil, Youngbae mempercepat langkahnya.


Dan, “Hap! Aaahhh..” Youngbae berhasil menangkap Yoona, namun sayang kaki Yoona tersandung karpet. Youngbae yang hendak menolong Yoona justru ikut jatuh terseret, mereka berdua akhirnya jatuh diatas sofa. Dengan Youngbae berada diatas Yoona.

Mata mereka bertemu, sejenak mereka tenggelam dalam mata masing-masing. Pipi Yonna memerah dengan tiba-tiba, detak jantungnya meningkat tanpa dapat ia kendalikan, ia hanya berharap Youngbae tak mendengar suara detak jantungnya . Disisi lain, Youngbae terlalu terpesona akan kecantikan Yoona yang tak pernah bosan ia kagumi, seperti kersihir kecantikan itu, Youngbae mendekatkan wajahnya pada wajah Yoona, begitu dekat hingga Yoona secara otomatis memejamkan matanya. Youngbae terus mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan. Dan seperti barusan tersadar dari sihir, Youngbae terperanjat mendapati dirinya berada sedekat itu dengan Yoona.
Dengan cepat Youngbae segera menarik tubuhnya dari Yoona dan duduk tegap, Yoona-pun demikian. Suasana berubah menjadi aneh, masing-masing kembali tenggelam dalam pikirannya.

“Eheem..so.. emmm.. yeah.. begitulah..” Yoona tak tahan dengan suasana itu segera memecah kesunyian, meskipun ia sendiri tak tau harus berkata apa.

“Hmm?? Apanya??” Youngbae merespon Yoona dengan bingung.

“Ahahaha.. errrrr..” Yoona mengeluarkan tawa anehnya, tawa yang hanya ia keluarkan jika sedang tak tahu mau berbuat apa. “emm.. itu.. AH! Maksudku.. kau!” Yoona menunjuk Youngbae tepat dihidungnya, “Kau membosankaaann.. Youngbae membosankaaaan..”

Youngbae lega sekaligus kagum pada Yoona yang telah memecah suasana aneh itu, dan kembali ke Yoona yang usil.

“Enak saja! Aku ini berdedikasi pada pekerjaan. I know fun too~” bela Youngbae.

“Oh really??”

“Oh yeah..”

“Buktikan!” tantang Yoona pada Youngbae, dan kurang dari sejam setelah itu Yoona dan Youngbae sudah berada didalam Lotte World.

“uwaaaaaaa…” Yoona menatap takjub pada bianglala besar didepannya.

“Bagaimana? Aku masih membosankan??” ujar Youngbae sambil mengangkat dagunya, bibirnya menyunggingkan senyum bangga.

“Masih. Jika kau masih berdiri saja disini tanpa mengajakku naik bianglala itu. Ayooooo~~” tanpa pikir panjang, Yoona menarik lengan Youngbae yang sebelumnya ia taruh dalam jaketnya menuju tempat antrian bianglala berada.

“Uwaaaaa..” sekali lagi Yoona berteriak takjub. Keningnya menempel di kaca bianglala, matanya membesar melihat pemandangan indah dibawahnya, berada di bianglala teratas membuat pemandangan Lotte World semakin indah.

“Uwaaa, Youngbae, lihat ituuu.. habis ini kita main itu yuk!” Yoona memanggil Youngbae dan menunjuk permainan spinning cups.

“Baiklah.. terserah kau saja..” jawabnya sambil tersenyum bangga. Hatinya terasa ringan dan hangat melihat tawa bahagia Yoona yang begitu polos.

“Yaaahhh.. kenapa bianglala ini begitu cepat berputar.. masa sudah turun??” Yoona menatap sedih pada pintu bianglala yang dibuka oleh petugas, beberapa menit setelah mereka berada dipuncak.

“Yah, kita tadi sudah 5 menit diatas, masa kau masih belum puas juga?” Yoona tak bereaksi, ia hanya menjulurkan bibir bawahnya, tanda bahwa ia kecewa.
Youngbae tertawa geli, “Sudahlah.. ayo, katanya kau mau naik spinning cups..”

“Heung.. tapi aku mau beli permen kapas dulu.. boleh ya oppa~” rayu Yoona sambil mengedipkan matanya.

“Wah! Kau bahkan memanggilku oppa!!! Das..” belum sempat melanjutkan pembicaraannya, handphone Youngbae bergetar, menandakan ada telepon masuk. Youngbae merogoh sakunya lalu mengeluarkan handphonenya.

“Siapa?”

“Jiyong..”


===


“Apa yang akan kau lakukan dengan koper itu.. “ Seungri heran melihat Shinbi yang setelah sesi pemotretan bersama Jiyong tadi terus memasang wajah tegangnya, dan kini mata Seungri membelalak ketika Shinbi membuka koper dan buru-buru memasukkan pakaian-pakaiannya dari lemari, “Nuna!!”

“Diam dulu, Seungri. Aku buru-buru.” Jawabnya singkat tanpa mengacuhkan Seungri, Shinbi masih sibuk memasukkan barangnya, kali ini ia beralih ke meja kecil disamping ranjangnya, mengambil syal dan melemparnya sembarangan masuk kedalam koper.

“Nuna! Apa kau mau melarikan diri lagi!??” Shinbi tertegun, sejenak ia menatap Seungri, lalu kembali sibuk dengan kegiatannya, berusaha mengusir pikiran tentang Jiyong.

“Samchun.”

“Heuh??”

“Samchunku. Park Jonghyun, beberapa minggu yang lalu menghubungiku. Ia memintaku untuk mengunjunginya di L.A.” Shinbi masih sibuk membereskan barangnya, seolang ia ingin segera pergi dari apartmentnya.

“Kenapa baru sekarang? Kenapa setelah Jiyong-mu datang nuna? Kau melarikan diri lagi..” Seungri menatap Shinbi lurus.

“Drop it Seungri. Jangan dibahas lagi..”

“Kau tak bisa lari begitu saja nuna.. aku melihat dengan mata kepalaku sendiri.. He cares for you.. he loves you nuna..”

“He’s married, Ri!! Apakah kau tak paham fakta itu. Jiyong sudah menikah, and there’s nothing I can do about that!”

“Nuna, apakah kau tuli, I said he lo-” belum selesai Seungri menyampaikan maksudnya, Shinbi buru-buru memotongnya.

“I said, drop it Ri.”

“Tapi nuna..” Seungri berjalan mendekat kearah Shinbi, namun Shinbi buru-buru mundur.

“Pulanglah, Ri. Aku ingin istirahat..” Shinbi secara halus mengusirnya, ia tak mau Seungri terus-terusan mengingatkannya pada Jiyong, susah payah ia pergi dari Jiyong untuk menata kembali hatinya agar bisa ikut bahagia melihat pernikahan sahabatnya itu, dan kini semua usahanya hancur sudah. Hanya dengan melihat Jiyong sekali, rasa cemburu dan kehilangan tanpa ampun menyiksa dan menyesakkan hatinya.

Shinbi mengambil frame foto dimeja kecil itu, memandangnya sejenak, “I guess, I’ll leave you once again. And I’m afraid it will be forever..” lalu ia memasukkan frame itu ke kopernya, menutup koper itu lalu mengambil handphonenya dan memencet beberapa nomer.

“Samchun~! Miss me??” katanya dengan nada ceria yang dibuat-buat begitu orang yang ia telepon menjawab.

“Aigoo.. Bee??”

“Ne samchun! Hmmmmm.. samchun.. I miss you, and Brandon too. And especially..”

“Bom?”

“Yes! Bom unnie! I miss her a lot! I’ll drop by 2 days from now. I’ll visit LA!”

“Yah! You call me samchun and unnie for my wife?? Aigoo.. Really? Wae? Kkamjakgi??”

“I just miss you guys over there! Ehe. I’ll call you again when I land! Pick me up! Okay samchun! Bye for now!”

Dan Shinbi pun menutup sambungan telepon itu.


========


“Ia akan menikah..” Jiyong menatap kosong pemandangan Tokyo dari kaca jendela kamar hotelnya, dengan sebotol sake ditangan kanannya.

“Shinbi??”

“Hmmm.. siapa lagi menurutmu?” Jiyong meneguk sake itu sekali, lalu tertawa kecut.

“Dia akan menikah, Bae. Dia akan menikah..”
Begitu mendengar kabar dari Jiyong bahwa ia menemukan Shinbi di Jepang, Youngbae langsung memesan tiket penerbangan tercepat dan mendarat di Tokyo 4 jam kemudian.

“Kau yakin??” Youngbae kini ikut memandang pemandangan Tokyo yang mulai beranjak larut.

“Hhh.. menurutmu? Seorang wanita pergi ke parlor gaun pengantin dengan’calon suami’nya, mencoba gaun, lalu tertawa bahagia dengan ‘calon suami’nya itu, masih kurang yakin apa kau?” entah pengaruh sake atau memang mood Jiyong yang sedang jelek, kata-kata barusan terdengar sangat sinis tidak lupa ia menekankan intonasinya setiap ia mengucapkan ‘calon suami’. Youngbae hanya menepuk pundak sahabatnya.

“Atleast kau masih pun..”

“SURPRISE!!!” belum selesai kalimat Youngbae, Yoona masuk ke kamar hotel Jiyong, tidak hanya mengagetkan Jiyong, namun Youngbae pun juga.

“Apa yang kau lakukan disini??” Jiyong dan Youngbae bertanya secara bersamaan.

“Bagaimana kau bisa sampai kemari??” Youngbae menambahkan pertanyaan.

“So much for greeting a guest!” Yoona menjawab pertanyaan mereka, sebenarnya saat Jiyong menelpon tadi, ia sudah merasakan ada suatu hal yang salah. Tanpa sepengetahuan Youngbae ia naik pesawat yang sama dengannya.
Youngbae dan Jiyong hanya saling memandang, “Jaa.. coz you Jiyong, ruining my weekend, kau harus traktir aku.. kau juga Youngbae!” dan dengan begitu, ketiga dari mereka duduk disalah satu bar terkenal di pusat Tokyo sejam kemudian.

Jiyong tampak tak bereaksi dengan dentuman music disekelilingnya, yang sekarang ada dipikirannya adalah, membuat bayangan Shinbi menghilang dari kepalanya, dan mabuk adalah jalan tercepat. Entah berapa sloki vodka telah ia teguk, namun kesadarannya masih lumayan tinggi.

“You guys are boring, you know??” Yoona yang tak tahan melihat Jiyong lalu meninggalkan meja mereka dan turun ke arena dansa, Youngbae segera menyusulnya,
meninggalkan Jiyong sendiri.

Jiyong sekali lagi meneguk vodkanya, kali ini langsung dari mulut botol. Perlahan pandangan matanya mulai kabur, sekali lagi ia meneguk cairan itu, lalu meletakkan botol itu kemeja denga suara ‘taak’ keras. Ia menyapukan pandangannya ke penjuru bar, berharap menemukan Youngbae, ia sangat ingin pulang.

Namun sesuatu menarik perhatiannya, di bar yang berseberangan dengan tempat ia duduk sekarang. Jiyong mengerjapkan matanya dua kali sebelum akhirnya yakin dengan apa yang ia lihat. Darahnya seketika mendidih, emosi membutakannya, entah kekuatan dari mana ia segera berdiri dan berjalan keseberang. Dengan tangan terkepal kuat dan amarah yang memuncak, ia berjalan dengan amat acuh hingga beberapa orang yang ia senggol mengumpatnya.

Namun ia tak peduli, yang ia tahu sekarang adalah menuju bar itu.


====


Seungri tak habis pikir dengan jalan pikiran Shinbi, apa yang harus ditakutkan dari pengakuan? Jiyong dan Shinbi toh sudah bersahabat lama. Tak mungkin Jiyong akan membenci Shinbi hanya karena Shinbi merasakan sesuatu yang lebih pada Jiyong. Tak mungkin Jiyong akan menafikkan persahabatan mereka lalu berubah sikap pada Shinbi hanya karena..

Pikiran Seungri terganggu oleh getaran handphone di sakunya, dengan sigap ia merogoh saku dan mengambil telepon genggamnya itu.

“Ya? Hm, baiklah..” singkat, Seungri lalu menutup teleponnya dan segera berjalan menuju mobilnya yang ia parkir didepan kompleks apartment tempat Shinbi tinggal, dan segera menyetir mobilnya ke arah jantung kota Tokyo.

“Zzup!!” Sapa Chaerin, sepupu jauh Seungri sambil berlari kecil menyambutnya begitu ia masuk keruangnya.

“So-so.. kenapa memanggilku heh??” tanpa membalas pelukan Chaerin, Seungri langsung bertanya.

“Cold. Hmph!” tampak sekali bahwa Chaerin kecewa dengan respon sepupu jauh/sahabatnya itu, namun mengenal Seungri sejak kecil ia jadi kebal, “Anyway, check this up! I’ve got a new beat and I think I’ll use it tonite!!!” katanya kembali ceria. Chaerin menyeret Seungri ke meja kerjanya yang terletak di ujung ruangan, lalu dengan sigap mengutak-atik laptop dan G4 di diatas meja itu.

“This is it!!” ujarnya sebelum menekan tombol enter dan alunan music hiphop pun mengalun. Seungri yang tadinya cuek, perlahan menggerakkan tubuhnya seirama dengan dentuman elektro ciptaan Chaerin.

“Lumayan.. lumayan untuk DJ yang baru saja debut..” Chaerin yang sudah paham dengan sikap Seungri yang kurang bisa memuji tersenyum lebar.

“I know.. hha!” katanya sambil meninju pelan bahu Seungri.

“Kapan kau tampil??” tanya Seungri acuh sambil sesekali melihat jam tangan di pergelangan kirinya.

“Entahlah, sekitar 2 jam lagi mungkin..” jawab Chaerin tak yakin, seketika mata Seungri membelalak kaget.

“WHAT!!?? Baru 2 jam lagii??!!”

“Mungkin” potong Chaerin cepat.

“Damn!”

“Aish! Seperti kau ada pekerjaan lebih penting saja.. sudahlah jangan marah, ayo aku traktir.. ” Seungri langsung bereaksi dengan ajakannya, seketika senyumnya mengembang lebar “but no alcohol yet..” Chaerin melanjutkan perkataannya sambil melenggang menuju bar, sementar Seungri mengikutinya dengan merengut.
Sesampainya di bar, Cherin langsung mengetuk meja memanggil bartender lalu berbincang dengan bahasa Jepang cepat yang hanya bisa ditangkap Seungri sepotong-sepotong. Beberapa menit kemudian dua gelas cantik berisi cairan merah dan aksesoris payung hadir dihadapan mereka.

Seungri mengangkat gelasnya dengan ekspresi jijik “Apa ini???”

“Lucukan?? Cobalah, ini minuman favoritku dan Key..” jawab Chaerin ceria sambil menyeruput cairan merah itu lewat sedotannya.
Seungri yang masih jijik dengan tampilan minumannya itu dengan ragu mengikuti jejak Chaerin, “Hmm.. lumayan.. oh iya, siapa Key? Pacar?”

“Key? Pacar? Haaa. No! he’s my friend~ itu dia disana..” Chaerin mengarahkan teunjuknya ke arah seorang laki-laki muda dipojokan bar.
Seketika Seungri mengulas kepalanya untuk melihat arah telunjuk Chaerin dan saat akhirnya mata Seungri mendarat ke sosok Key, saat itu juga rahang bawah Seungri jatuh kelantai. Ia melihat suatu pemandangan yang agak kurang.. sedap ia pandang. Ia melihat sesosok pria muda sedang, bersilat lidah dengan partner-nya, yang juga seorang pria.

“He’s a gay!!??” Teriakan Seungri tercekat, takut ada yang mendengarnya.

“Yewp!” Chaerin menjawab ringan sambil tersenyum jahil, sementara Seungri sibuk melihat kesekitarnya, takut jangan jangan ada yang meliatnya meminum minuman lucu itu lalu menyangka bahwa Seungri juga gay. Dan benar saja, di seberang sana seorang pria tegap berambut sebahu, bermata besar dan berhidung lancip melihat penuh napsu tanpa lupa mengedip genit kearahnya.

Seungri bergidik ngeri, “Damn you, Rin! Kau sengaja membelikanku minuman lucu ini
ya! Lihat akibatnya pria disana barusan mengedip kearahku!” dengan histeris Seungri segera meletakkan minuman jahanam itu dan berdiri tegak siap-siap pergi, namun Chaerin dengan sigap menaruh tangannya dibahu Seungri.

“Chill.. santai saja.” Katanya tenang dengan sedikit usil.

“Tenang kepalamu! Dia barusan mengedip padaku. Oh my god, being handsome is really a sin. Even a gay attracted to me! Have a mercy.” Dengan panic Seungri menggeliat-geliat tak tenang di kursinya, sekali lagi ia mencuri pandang kearah pria tadi yang kini makin mendekat, satu-satunya penghalang pria itu adalah kerumunan masa yang mulai menikmati alunan music di lantai dansa.

Pikiran Seungri tak bisa lurus lagi, entah datang darimana, sebuah ide tiba-tiba muncul di otaknya saat pria itu tinggal berjarak 2 meter dari tempat mereka duduk.

“Rin, kau yang membuatku jadi begini. Kau harus membayarnya.” Ujarnya sedikit panic. Chaerin hanya memandangnya heran, “huh?”

Dalam hitungan sepersekian detik, Seungri meraih gelas minuman Chaerin yang masih ia genggam, menaruhnya di counter bar, lalu dengan sigap meraih leher belakang Chaerin dengan kirinya, sementara tangan kanannya berada di pipi Chaerin dengan jempol menutupi bibir Chaerin. Detik berikutnya, Seungri sudah menempelkan bibirnya diatas bibir Chaerin dengan hanya jempol sebagai pembatasnya.

Mata Chaerin terbelalak.

Nafasnya tertahan.

Saat akhirnya Seungri menarik kembali bibirnya dan melepaskan tekanan tangannya dari kepalanya, Chaerin hanya bisa tertegun.

“WHAT THE HELL LEE SEUNGRI!!” Seungri hanya nyengir setelah yakin pria yang tadi mendekat hilang dari pandangannya.

Chaerin yang kesal langsung bangkit dari kursinya dan meninggalkan Seungri yang bengong melihat reaksinya.

“Yah Chaerin ah! Mau kemana kau?” buru-buru Seungri menyusulnya, dengan hanya beberapa langkah saja Seungri berhasil menangkap pergelangan Chaerin dan memutar tubuhnya. Seungri terkesiap, didepannya kini berdiri seorang Chaerin yang menangis, air mata menganak sungai dari kedua matanya, dan Seungri tahu ini salahnya. Yang tak Seungri tahu adalah alasan mengapa hatinya terasa sesak oleh pemandangan itu.

“Rin..Chaerin-ah.. mianhae..” Ujar Seungri lirih, hanya Chaerin yang bisa mendengarnya, namun bukannya berhenti menangis air mata Chaerin semakin deras mengalir, Seungri tak tahu lagi harus berbuat apa selain memeluk Chaerin dan mengusap kepalanya.

“Mianhae.. Oppa ga mianhae..” Ujar Seungri seraya berdoa agar candaannya berhasil membuat Chaerin berhenti menangis, Chaerin selalu tertawa saat Seungri menyebut dirinya sendiri dengan sebutan oppa. Dan kali inipun Seungri berhasil.

“Mwol oppa!!” kata Chaerin sambil mengelap air matanya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya memukul dada Seungri pelan.

“Ehe, atleast you stop crying.. mianhae Rin-ah!”

“Don’t do that again.. Aku kaget..Ah.. dan sekarang kau harus make up lagi!” keluhnya.

“Do what? Pura-pura menciummu?” Pipi Chaerin memerah, ia melempar pandangan marah ke arah Seungri.

Seungri hanya tertawa kecil melihatnya, “Berarti kalau aku melakukan ini..” Seungri menundukkan kepalanya dan detik berikut yang Chaerin bisa lakukan hanyalah menutup matanya, menikmati bibir Seungri yang tepat berada diatas bibirnya, kali ini tanpa jempol Seungri sebagai pembatasnya.

Setelah beberapa saat, Seungri menarik bibirnya, tersenyum konyol, “Tidak marahkan?”
Cherin seperti disadarkan, serta merta ia membuka matanya dan melihat senyum konyol Seungri, sekali lagi ia merasa kesal.

“Ini bukan mainan Ri! Jangan mencium bibirku hanya untuk permainan konyolmu!” Chaerin berbalik dan sekali lagi melenggang meninggalkan Seungri, namun Seungri bereaksi cepat, ia genggam tangan Chaerin, menahannya agar tak pergi lagi, setelah Chaerin tak lagi berontak, Seungri buru-buru memeluknya dari belakang.

“Barusan bukan mainan, jimshimiya..”

“Mwo??”

“Jimshimiya Rin-ah..”

Perlahan Chaerin memutar badannya hingga matanya menatap lurus ke mata Seungri,

“Maksudmu?”

“Jimshimiya.. Jimshimhaesso.. Nori anya..”

Belum sempat Chaerin bertanya lagi, Seorang pria tiba-tiba membalik tubuh Seungri dan detik berikutnya Chaerin mendapati Seungri terkapar di lantai pub dengan bibir sobek.

“Seungri ah!”

“Get your ass up, you bastard!” Chaerin mengalihkan perhatiannya kearah asal suara itu, dan ia melihat pria mabuk siap menghajar Seungri.

Read more!
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

headlines this morning

She gave it a little more pressure to the handle she was holding. Her head arch back, eyes lidded like she was actually getting any pleasure in what she did. Her lips a jar, producing sounds no one actually heard. She hissed a little bit more, and again, she deepened the pressure. Her legs trembling, she saw white, and the next thing she know, her legs were buckled against those cold tile of her bathroom.

“Clink”

She dropped it as she slump down, her eyes were completely closed. She smiled in satisfaction, she knew it will end everything she was despised. She was beyond satisfied. Her lips made a lopsided grin which only grew wider that she ended up laugh. Her eyes getting heavier and her breath ragged. But then again she still smiled, this is what she ever wanted.

I’m doing us a favor” she thought.

She felt unbelievably tired and eventually she closed her lidded eyes completely. And no one knows except herself that she will never open them anymore.

The next morning all news paper headlined the same words, “Rest In Peace Jang Si Yeon, Found Dead in Her Bathroom” (with smile pasted on her lips, and bloody knife in her side)


will make this as series, still dunno where this will heading tho..
just feel kinda write something..uh.. dark?
anyway, this fic will only use made ups characters.. hhmmm..

happy reading! Read more!
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Dearest reader

HIYA THERE!!!

thx for still visiting this not-so-good blog till now.

i can see you everytime you visiting this blog you know.. kkkkk.

btw, i'm here not for updating any of my fic. but simply for saying goodbye, rrr.. wait. no, not a good bye. but a "see you in a couple of months".

Selama 2 bulan kedepan, author labil ini akan melaksanakan kewajibannya sebagai mahasiswa Indonesia yang taat membayar kuliah, KKN. Kuliah Kerja Ngapusi Nyata. Di suatu wilayah agak terpencil di Jogja. dan.. hmmm.. mungkin akan tidak online sesering sekarang ini. Meskipun bisa online, belum tentu juga bisa update apapun. Maklum, KKN menguras tenaga, pikiran, dan.. uang. *berharap KKN juga menguras lemak, lumayan sambil ngurusin badan*

anywaaaayyyy.. so this is the "see you 2 montsh later".

auld lang syne.

see yaaaaaa awesome readers!!!!!!!!!!

love y'all!!

<3 style="text-align: right;">Love,

curlylooks
Read more!
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Goodbye..

He steps closer.

He touches my hands ever so slowly.

He gazes square to my eyes.

He’s eyes soften and glistens with.. tears.

“I’m sorry..” he says.

Teaser

No.

I don’t wanna hear this.

I know where this conversation will heading.

Unknowingly, a drop of tear rolls down.

“No..” I say.

But he just shakes his head.

He lifts his hands and wipes my tears with his thumbs.

“Don’t cry.. please.. this is the best for us..” he says again.

The best? If this is the best for us, I would gladly prefer the worst.

“No.. we can make it.. we can make it.. please..” I beg and the tears wont stop anytime soon.

“I’m sorry..” he says again.

Our foreheads meet , our noses touch.

And his lips claim mine.

He kisses me slowly.

I can feel the urge in his kiss. I can feel the sadness in his kiss, I can feel the need in his kiss. I can feel the saltiness of our tears. I can feel his regrets of our last kiss.

He breaks the kiss and looks to my eyes.

“I’m sorry. I love you. Please remember that.” After saying that he kisses my forehead, longer that I thought.

I still can feel his touch on my hands and his lips on mine when I heard the sirens.

I see police cars rushing to get him.

And I pray he never get caught, even if that meant we will never meet again, that’s better than seeing him suffer from something he never did, or worst seeing him dying in jail.

He’s right. This is the best for us to break up.

“Annyong Jiyong, be safe…”

==============================================
randomness!!! hahahaahaha. this ficlet just crossed my mind when i was waiting for my bro.
any way..

enjoy!!!

Read more!
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

hallowww awesome readers!!!

Maap kaaaaaaannn..
lama sekali tidak update, bahkan filler berupa oneshot pun tidak.

well, classic reason. COLLEGE LIFE. it killed me thousands times. harharhar.
anyway, I need a favor from u guys!

bisakah klik ini??

untuk bantu tugas kuliah sayaaaahh..
tenang, ada imbalannya kok.. yang ngisi punya kesempatan dapat paper craft dengan tokoh kesukaannya..

contoh papercraft, credit to GoNut's papercraft.




jadi, ayooooo!! pada isi yaaaahhh. makasiiiii.. Read more!
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

One Night Stand, Chapter 02

“Perempuan macam apa kau Park Shinbi?” ujar Shinbi pada pantulan bayangannya di cermin kamar mandi.

“Kau baru saja putus dengan kekasihmu dan pagi ini, kau sudah tak perawan, dengan pria yang sama sekali tak kau kenal..” ujarnya lagi, kali ini sambil bergidik tak percaya. Perlahan matanya menelusuri tubuhnya sendiri, dari leher hingga dadanya.

“Fuck!!!” umpatnya mendapati beberapa noda merah menghias kulit putihnya. Dengan segera ia melangkah masuk bath-up dan menyalakan keran shower, lalu dengan kasar mengusap-usap noda-noda merah itu dari tubuhnya, berharap noda tersebut dapat hilang secara ajaib, sudah dapat ditebak, usahanya gagal.

20 menit kemudian Shinbi keluar dari kamar mandinya berbalutkan kimono mandi dan handuk besar melingkar dikepalanya, ia memandang kamarnya, lalu memunguti pakaiannya yang semalam ia lempar secara sembarangan.

“Aku masih belum percaya” gumamnya lemah sambil duduk di pinggir ranjangnya, ia mengangkat celana dalamnya hingga satu level dengan pandangan matanya.

“Liar sekali ya semalam? Hingga celana dalam saja sampai sobek..” Shinbi menghembuskan nafas, “Tapi kenapa aku tak merasakan apapun semalam?” paling tidak harusnya aku juga merasakan kenikmatan “Ah! Apa yang aku pikirkan!!” katanya buru-buru sambil menggelengkan kepalanya, “Jangan-jangan aku ketularan mesum, gara-gara monster itu! Kwon Jiyong bangsat, mulai sekarang aku musuhmu! Dan kau musuhku!!!”

Dengan semangat membara Shinbi melucuti seprai dan sarung bantalnya, lalu membawanya ke luar kamarnya menuju pintu apartment, membukanya lalu membuang benda-benda itu keluar, termasuk bra dan celana dalamnya.

“Hilang semua bekas monster itu!” ujarnya seakan bangga dengan dirinya sendiri, namun kemudian ia menyadari sesuatu, pakaian dalamnya. Buru-buru ia keluar dan memungut bra dan celana dalamnya yang sudah sobek.

“Shinbi ssi?” seseorang memangilnya, Shinbi mendongak, “Ternyata benar kau! Kau tinggal disini?”


“Seung..ho.. ssi. Uh.. annyong?” sapanya gugup, buru-buru ia sembunyikan ‘benda keramat’ yang baru saja ia pungut.

“Baru selesai mandi? Mungkin ada baiknya kau ganti pakaian dulu baru keluar apartment..” Yang SeungHo adalah partner kerjanya, dia tipe pria yang langsung mengutarakan apa yang ia pikirkan, dan kadang hal itu membuat orang lain merasa tidak nyaman, sama seperti apa yang Shinbi rasakan.

“Ehe.. Anda benar, permisi saya mau ganti baju..” meskipun canggung, hal terbaik untuk menghadapi Seungho adalah jujur.

“Hey, ini.. kau lupa.. eung.. seprai?” Seungho memungut seprai dan sarung bantal yang tadi sengaja dibuang Shinbi.

“Ehe.. iya.. errrr.. terima kasih..” Shinbi mengamit seprai tadi, mukanya memerah.

“Kalau begitu, aku.. masuk dulu. Annyonghigyeseyo, Seungho ssi..”

Brak, pintu apartment pun tertutup, di balik pintu, pipi Shinbi memerah, detak jantungnya tak beraturan, ia malu setengah mati pada SeungHo, rekan kantornya.

“Eish! Bahkan hanya bekasnya saja masih menimbulkan masalah, dasar monster, pasti ia dikutuk!” umpatnya sambil memandangi buntalan kain ditangannya.

Buru-buru ia menuju ruang laundy, memasukkan kain-kain itu, memberinya setengah kotak sabun cuci lalu menyalakan mesin itu.

Shinbi jongkok didepan mesin cuci memandangi kain-kain itu berputar, “mesin cantik.. cucikan bekas monster terkutuk itu buatku yah..” lalu tersenyum konyol.

Ia kembali ke kamarnya, memakai bra tanpa tali dan celana dalam dan satu piece tube halter dress coklat muda yang selalu ia pakai jika ia selesai keramas. Sembil mengeringkan rambutnya, ia berjalan keluar kamar menuju dapur untuk membuat teh.

“Teh hangat, dan biscuit. Terapi alami untuk trauma oleh monster” gumamnya sambil membawa cemilannya keruang tengah lalu menyalakan TV sebelum ia teringat pada cuciannya.



“Yah! Apa kau gila!?? Bagaimana kau bisa lupa!!!” Youngbae tanpa sadar mengguncang tubuh Jiyong yang kaget melihat reaksinya, saking kagetnya Jiyong kawatir kalau Youngbae sedang gelap mata, bagaimanapun juga Shinbi itu sepupunya.
Jiyong menelan ludahnya, “H-hyung..” tanpa sadar Jiyong memanggil Youngbae dengan sebutan Hyung.

“Aish!!!” Youngbae melepaskan tubuh Jiyong, lalu menggaruk kepalanya. Ia menoleh kearah Jiyong, lalu mengamit lengannya, “Ikut aku, kita harus menyelidiki sesuatu.”

Beberapa menit kemudian Jiyong sudah berada di kamar Youngbae, semntara Youngbae sibuk membongkar lacinya mencari sesuat, “INI DIA!!!” katanya bangga sambil mengangkat sesuatu yang tampak seperti senter warna biru.

“Apa itu?”

“Ini SSS..”

“Hah?”

“Super Sperm Spray”

“Eh?” ekspresi Jiyong seolah mengatakan benda aneh apa itu?

“Sudahlah kau tak perlu tau, yang jelas alat ajaib ini bisa melihat bercak noda cinta di manapun, jok belakang mobil, tembok kamar mandi, kloset, kain dan bahkan rumput. Ayo, kita liat apakah ada Jiyong Junior diranjang Shinbi, jika ada, kau aman.”

Jiyong hanya melongo, “dari mana dia dapat barang aneh macam itu?”

Bagai detektif Youngbae mengendap-endap sambil membawa SSS dan lensa pembesar yang entah kapan sudah ia genggam erat, sementara Jiyong mengikutinya dengan patuh, setelah sampai kamar Shinbi, Jiyong secara otomatis menutup pintu kamar itu.

Semntara itu Youngbae masih dengan gaya sok detektif nya mulai menyemprotkan SSS ke lantai kayu Shinbi, lalu memperhatikannya dengan lensa pembesar, ia mengulangi hal itu beberapa kali, wajahnya cemas, “Yo, Ji.. I think you’re in a big trouble, I couldn’t find any trace man..” katanya tanpa melihat Jiyong, ia masih sibuk menyemprot SSS ke lantai.

“Yah, babo. Kau pikir semua orang seperti kau, tak peduli tempat? Kami melakukannya di ranjang bodoh!”

Youngbae buru-buru berdiri dari jongkoknya, “아 맞다!”

Jiyong hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya, sementara Youngbae langsung menuju TKP dan lagi-lagi mulai menyemprot dan mengamati ranjang yang…

“Hey, mana seprai ranjang ini?” Youngbae bertanya pada Jiyong.

“Huh mana aku tahu..” Jawab Jiyong sebelum ia mendengar suara pintu terbuka.

“APA YANG KALIAN LAKUKAN DIKAMARKU!!!” teriak Shinbi dengan penuh amarah.

“Aha.ha.. kami hanya.. iyakan Jiyong?” Youngbae tak jelas berkata apa, hal yang ia tahu pasti adalah ia harus buru-buru keluar dari kamar Shinbi kalau ia masih ingin nyawanya selamat.

“Hah??” tanya Jiyong bingung.

“KELUAR!!!!” teriak Shinbi, buru-buru Youngbae lari dari kamar Shinbi, Jiyongpun menyusulnya, namun sayang SSS yang Youngbae semprotkan tak mengering dengan begitu cepat dilantai kayu dan berubah menjadi gel licin yang membuat Youngbae terpeleset dalam keadaan panic Youngbae meraih apapun yang bisa ia raih, dan kebetulan benda pertama yang dapat ia raih adalah kain. Kejadian tersebut berlangsung begitu cepat, Youngbae jatuh dengan teriakan “Aaack..umphh..” disusul Jiyong yang juga terpeleset.

Beberapa detik kemudian Youngbae sadar bahwa kain yang tadi ia tarik adalah gaun Shinbi, dan teriakan “Aaack..” yang ia dengar adalah teriakan Shinbi yang gaunnya tertarik hingga tali spaghetti penahan gaunnya putus dan gaun itu jatuh bebas kelantai, bra Shinbi pun melorot dan memberikan akses penuh bagi siapapun untuk melihat dua buah payudara sehatnya, sementara teriakan “umphh..” adalah suara teriakan Shinbi yang tertahan karna Jiyong jatuh tepat diatasnya, dengan kedua tangannya tepat berada diatas payudara Shinbi, sementara mulut mereka beradu.
Mata Shinbi terbelalak lebar, di depan matanya persis ia melihat pupil Jiyong yang sudah hampir keluar dari soketnya.

Hal terakhir yang Jiyong ingat sebelum ia pingsan adalah tangan Shinbi yang terkepal.

=========

“AWWWW!!! Bisa tidak pelan-pelan??!!” bentak Jiyong pada Youngbae yang berusaha membersihkan darah dari sudut bibir Jiyong. Mereka sudah kembali ke apartment Jiyong, Youngbae yang memapahnya, hampir 5 menit Jiyong pingsan, siapa kira perempuan seperti Shinbi dapat meninju Jiyong sekeras itu? Jiyong masih menempelkan es batu ke mata kirinya dan sessekali ia pindahkan ke pipi kanannya.

“Ini kali terakhir aku mengikuti saran bodohmu Bae!” bentak Jiyong sekali lagi, dan langsung mendapatkan hukuman dari Youngbae denan menekan kapas pembersih lebih keras.

“Aww!!”

“Baby!”

“Siapa yang kau panggil baby? Coba saja pukulan sepupu psyco mu itu!” ujar Jiyong sewot dan Youngbae hanya menggelegkan kepalanya.

“Lagipula kenapa kau HARUS mendaratkan bibirmu diatas bibirnya, dan tanganmu diatas PAYUDARANYA KWON JIYONG!!”

“Kau pikir itu salahku!! Kalau bukan karena ide bodohmu..”

“BODOH KAU BILANG!!” Youngbae mengepalkan tangannya.

“Hyuuung~”

“Sigh. Tapi paling tidak aku yakin akan satu hal..”

“Eh?”

“Shinbi tidak mungkin hamil karena kau..” kata Youngbae sambil menunjuk hidung Jiyong.

“Dari mana kau tahu?”

“Pertama, kalian hanya sekali melakukannya, kemungkinannya adalah 2% jika kau berhasil menghamili seseorang dalam sekali main. Kedua, wanita segalak Shinbi tak mungkin hamil dengan begitu cepat..” ujarnya dengan percaya diri, sementara Jiyong hanya mengangguk setuju.

========

Tiga hari kemudian, Shinbi yang terlambat bangun keluar dari apartmen dengan buru-buru, ia segera berlari kearah lift dan memencet tombol turun. Rambutnya masih sedikit berantakan, bahkan ia belum menyapukan lipgloos kebibirnya, tangannya sibuk merapikan file-file yang akan ia presentasikan hari itu. Beberapa detik kemudian,

Jiyong yang juga baru keluar dari apartmentnya berjalan menuju lift dan berdiri persis disamping Shinbi, wajahnya kalem meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 8.45 AM, sementara Shinbi menujukkan wajah terganggunya.

“Monster ini bisanya kalem..” gumamnya pelan sambil bergeser dari tempatnya berdiri tadi. Tanpa ia sadari Jiyong mendengar gumamannya.

“Dasar wanita galak..” balasnya dengan bergumam.

Shinbi langsung melirik tajam kearah Jiyong, sementara mata Jiyong tak pernah meninggalkan pintu lift yang beberapa detik kemudian terbuka, Shinbi lalu buru-buru melangkahkan kakinya, namun tanpa ampun Jiyong mendesakkan tubuhnya kedalam lift untuk masuk duluan, hingga Shinbi sedikit terdorong.

Mengambil nafas panjang Shinbi menahan amarahnya, mengingat ia ada presentasi nanti.
Segera ia masuk kedalam lift dan memencat tombol 1, namun sekali lagi Jiyong membuatnya naik pitam dengan memencet semua tombol dibawah 18.

“YAH!!!” bentak Shinbi kesal.

“Ya?”

“Aissssh!! Kenapa kau harus memencet semua tombolnya! Arrrgh!”

“Jangan gampang marah, nanti rambutmu jadi berubah seperti macan..” ujar Jiyong kalem.

Shinbi melirik ke dinding besi lift, dan benar, rambutnya memang belum begitu rapi. Shinbi berusaha merapikan rambutnya, ia menghitung 1-10 dalam hati agar emosi sedikit teredam. Lift turun dengan lambat, dan berhenti ditiap lantainya.

Berkali-kali Shinbi mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam, semakin ia melihat jam semakin ia panic. Hari ini presentasi pertamanya, namun ia terancan terlambat gara-gara monster terkutuk yang sekarang sedang.. bersiul dengan santai disampingnya. Shinbi sudah tak bisa lebih kesal lagi, ingin rasanya ia mencekik monster itu, jika bukan karena takut blouse nya nanti kusut, ia asti sudah melakukan rencananya.

Saat lift berhenti dilantai 10, Shinbi segera keluar dari lift dan berlari menuju tangga darurat, sayup ia mendengar suara Jiyong, “Jalka~” mengejeknya.
Dengan kecepatan luar biasa Shinbi menuruni 2 lantai dan segera berbelok mencari lift lain yang hanya ada di lantai 8, tempat penthouse berada. Dengan nafas terengah ia segera memasuki lift itu, namun sepersekian detik pintu lift akan tertutup, seseorang berteriak untuk menahan lift. Orang itu Seungho.

“Oh.. terimakasih.. eh, Shinbi ssi??”

“Annyong Haseyo..” Shinbi membungkuk sedikit, Seungho tersenyum kearahnya.

“Mmmm.. sini kubawakan dokumenmu..” Seungho menawarkan bantuannya.

“Ah, tidak perlu.. saya masih sanggup membawanya sendiri. Terimakasih Seungho ssi..” tolak Shinbi halus.

“Aku bukannya menawarkan bantuan karena melihatmu keberatan membawa dokumen itu..” lanjut Seungho sambil mengambil dokumen-dokumen itu dari dekapan Shinbi, “Tapi karena aku rasa kau harus merapikan sedikit penampilanmu..”

Wajah Shinbi tak mungkin bisa lebih merah lagi, dengan buru-buru ia merapihkan rambutnya.

“Tak usah malu, aku akan berbalik, oke??”

Begitu Seungho berbalik, Shinbi langsung mengeluarkan sisir, merapihkan rambutnya, lalu membetulkan sedikit make-up nya yang sedikit luntur karena keringat. Tak lupa ia mengoleskan lipgloss.

“Terimakasih Seungho ssi..” Shinbi menepuk pundak Seungho. Seungho berbalik dan memperhatikan Shinbi dengan seksama. Shinbi yang diperhatikan jadi sedikit salah tingkah.

“Eh.. ada yang salah??” tanyanya sambil menutup bibirnya dengan punggung tangannya.
Seungho tersenyum, “Entahlah, sepertinya ada yang berubah..”

“Eh..??”

“HA!!” seru Seungho tiba-tiba “Bibir! Bibirmu jadi berwarna, tadi tak begitu..” katanya sambil mengangguk-angguk pelan, seolah bangga akhirnya bisa menemukan apa yang ia cari.

“A very observant of you Seungho ssi..” Shinbi tersipu.

“Ah, tidak juga.. aku hanya memperhatikan hal yang aku suka saja.” Ujarnya simple.

Aku hanya memperhatikan hal yang aku suka saja.

Aku hanya memperhatikan hal yang aku suka saja.

Aku hanya memperhatikan hal yang aku suka saja.


Kalimat itu terus berulang di otak Shinbi, berkedip dua kali, Shinbi lalu berkata. “Eh?”

DING!

Suara lift menyela pikiran Shinbi, “Ayo kita sudah sampai.” Seungho mengajak Shinbi keluar. Shinbi yang masih cengo main ikut keluar saja, namun kemudian ia tersadar.
“Eung, Seungho ssi, saya rasa saya salah keluar, seharusnya saya keluar di lantai 1 tadi..”

Sekali lagi Seungho hanya tersenyum, “Tapi mobilku disini..” katanya sambil memencet alarm mobilnya sebelum bunyi biiip dua kali terdengar Shinbi.

Sekali lagi Shinbi hanya “eh?”

“Ayo, kita berangkat bersama saja, toh kita satu kantor, iya kan??”

Sebelum Shinbi sempat mencerna perkataan Seungo, Seungho sudah membukakan pintu mobilnya, “Ayo, kita sudah terlambat lima menit.”

Meskipun ragu, Shinbi akhirnya masuk kedalam mobilnya. Menerima kebaikan orang tidak salahkan? Lagi pula ia juga sedang butuh.

Perjalanan ke kantor hanya memakan waktu 10 menit, namun bagi Shinbi yang hanya diam sepanjang perjalanan. Mobil berhenti tepat didepan pintu kantor, “turunlah..” ujar Seungho pelan.

“Eh? Tapi..”

“Kau ada presentasi.. ingat? Tak usah berterimakasih dulu, buat kantor kita bangga! Ayo keluar..” Seungho sedikit mendorong Shinbi keluar, lalu masuk kearea parkir dibawah lantai.

Shinbi mengecek arlojinya, masih ada 15 sebelum presentasi benar-benar dimulai, tanpa berpikir panjang, Shinbi segera berlari masuk gedung kantornya, menyapa resepsionis dan satpam secara buru-buru lalu segera menuju lift yang membawanya kelantai 8 tempat kantornya berada.

Keluar dari lift, sambil mengecek sekali lagi dokumen yang ia bawa, Shinbi berjalan menuju ruang presentasi, tanpa sengaja ia menabrak seseorang, dan dokumen yang ia bawa jatuh berantakan.

“Ahh.. Chusongham.. YAH! NO!” Shinbi yang tadinya mau minta maaf berubah saat melihat wajah Jiyong yang terlihat terganggu.

“Bisa tidak berjalan pakai mata? Ck!” ujar Jiyong lalu berlalu masuk kedalam ruang presentasi.

Shinbi rasanya ingin mencekik Jiyong lalu mencincangnya kecil-kecil dan memberi makan singa-singa dikebun binatang, namun sayang 3 menit lagi presentasi dimulai.


Presentasi Shinbi berjalan mulus, klien yang ia tangani bertepuk tangan,

“Terimakasih atas waktu anda, kami dari Absolute Advertising senang membantu anda. Sebelum kami tutup presentasi kami, apakah ada yang masih perlu ditanyakan? ” ujar Shinbi mengumbar senyum. Namun senyumnya buru-buru terhapus saat seseorang mengacungkan tangannya, Jiyong.

“Anda belum secara rinci menjelaskan tentang bagaimana prosedur kontrak? Lalu bagaimana pula prosedur eksekusi kontrak?” tanya Jiyong. Semua orang bergumam menyetujui.

Shinbi menyadari, masalah kontrak dalam presentasinya memang menjadi titik lemahnya, dia tak menyangka hal tersebut diketahui Jiyong.

Dasar monster, sense nya bagus juga.

Menarik nafas dalam, Shinbi mulai menjelaskan dengan terperinci tentang pertanyaan Jiyong, namun yang dilakukan Jiyong membuat Shinbi hampir kehilangan kesabaran. Ia yang mengajukan pertanyaan, namun dia sendiri yang mengacuhkan penjelasan Shinbi.

Untuk menahan amarahnya Shinbi menggenggam erat pensil kayu dengan kedua tangannya, sambil terus berusaha menjelaskan masalah kontrak tersebut.

“.. apakah sudah Jelas, perwakilan dari YGEntertainment, Mr. Kwon Jiyong?”

“hmm.. yeah.” Jawab Jiyong simple sambil membersihkan kukunya.

TAK!

Pensil yang dari tadi digenggam Shinbi patah jadi dua.

Sekali lagi Shinbi menarik nafas panjang, “Masih ada pertanyaan lagi?? Jika tidak ada, terima kasih atas waktunya. Absolute Advertising sangat menghargai anda.” Tutup Shinbi dan membungkuk dalam memberi salam. Setelah para undangan tepuk tangan, satu-persatu mereka menjabat tangan Shinbi, mengucapkan betapa Shinbi melakukan tugasnya dengan amat baik. Saat giliran Jiyong menjabat tangan Shinbi, Shinbi buru-buru membungkuk, menghindari jabat tangan dengan Jiyong.

Jiyong yang tengsin sempat mengeluarkan, “cih!” pelan, lalu berlalu.

Ya Tuhan , semoga aku tak lagi berurusan dengan monster itu. Dalam hati Shinbi berdoa.

Namun sepertinya Shinbi kurang beramal belakangan ini, sehingga doanya sama sekali tak didengar oleh Tuhan, bahkan Tuhan memberinya hukuman.

“Ne Sajangnim.. Saya akan segera membicarakan kontrak dengan perwakilan Absolute Advertising..” terdengar suara Jiyong menyudahi pembicaraan ditelfon.

Saat itu juga Shinbi ingin bunuh diri saja.

===================================

pace nya sengaja gw cepetin.. abis tiap nulis berubah mulu jalan ceritanya.. hhheeee.. maklum amatiran..

so howz that??

Read more!
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Wedding Suit part 3

“Hey, Ji… Are you sure??” tanya Youngbae pada Jiyong yang sedang sibuk memasukkan bajunya kedalam koper.

“Yep.. Pretty much.. kenapa?”

“Entahlah.. apa menurutmu bukan suatu hal yang riskan? Kau minta cuti ditengah
kesibukan macam ini.. maksudku..”

“Kalau aku tinggal pun.. aku juga tak punya cukup banyak tenaga untuk konsentrasi Bae.. lagi pula ini usul Yoona”

“Apakah kau akan mencarinya?” Jiyong berhenti menata bajunya, menarik nafas lalu memandang foto dimejanya, foto Youngbae, Jiyong dan Shinbi waktu ulang tahun Jiyong yang ke 19.

“I would like to..” ia tersenyum, “Tapi sayangnya Shinbi tak berada di Jepang..”

“Darimana kau tau itu?”

“Aku check semua penerbangan waktu itu, dan nama Park Shinbi terdaftar di pesawat yang menuju San Fransisco..” Jiyong lalu tersenyum kecut, “Mungkin dia memang ingin melupakan kita, Bae. Atau hanya aku..” dan Youngbae pun hanya menepuk pundak sahabatnya.

===

Jiyong menghirup udara Jepang dengan lega, ia sedikit berharap kedatangannya ke Jepang bisa sedikit merenggangkan otot-ototnya yang tegang karena pekerjaan, dan menghilangnya Shinbi. Ia langsung memanggil taksi dan meluncur ke hotel tempat ia menginap dan segera menelepon Seunghyun, temannya.

“Hey, T.O.P!”

“GD!! Zzup man??”

“So..so.. jadi? Ada apa? Kenapa kau memintaku menelponmu begitu sampai ke Jepang?”

“Well.. you know.. I need a favor..”

===

“Eiissshh.. hanya ditinggal 2 minggu saja debu sudah setebal ini!” keluh Shinbi sambil menyalakan vacuum cleanernya.

Shinbi baru saja kembali, dan mendapati apartementnya sudah tebal dengan debu, apartment Shinbi sangat kecil, hanya terdiri dari sebuah kamar mandi mini, dapur, dan ranjangnya, setelah membersihkan semua debu, ia lalu duduk dipinggir ranjangnya dan mengeluarkan gumpalan wol dari tas yang tadi ia bawa dan mulai kembali merajut syal, syal ketiga yang ia rajut dalam bulan ini. Kali ini ia merajut syal denga warna ungu muda, setelah kemarin ia menyelesaikan syal dengan warna pink muda dan biru muda, masing-masing dengan tulisan “Baby G” berwarna hitam salah satu ujungnya, dan배♥ 비♥ 지diujung lainnya.

Belum lama ia merajut, terdengar ketukan lembut dari pintu apartment kecilnya, Shinbi segera beranjak dan membuka pintu, ia mendaati Seungri tersenyum lebar.

“Nuna!!” sambut Seungri lalu memeluk erat Shinbi, Shinbi membalas pelukannya, lalu mengajak Seungri masuk.

“Ceria sekali kau hari ini?” tanya Shinbi sedikit heran, Seungri sekali lagi menunjukkan gigi putihnya, nyengir.

“Ah! Nuna! Apa itu?” bukannya menjawab pertanyaan Shinbi, Seungri malah balik bertanya setelah melihat syal-syal Shinbi yang tergeletak di ranjangnya.

“Ah.. syal..” jawabnya pelan, lalu duduk kembali diranjangnya, melanjutkan apa yang tadi ia lakukan tanpa mempedulikan Seungri yang sibuk menyapukan pandangan ke apartement mininya.

“Nuna..” panggil Seungri pelan.

“Hmm??” Shinbi menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya dari syal yang sedang ia rajut.

“geu.. geu nal.. geu euh.. geu norae..”

“Wae?”

“Apa cerita dibalik lagu itu nuna?” tanya Seungri akhirnya memberanikan diri menanyakan pertanyaan itu, matanya tak meninggalkan sosok Shinbi yang tanpak terkejut dengan pertanyaan itu. Perlahan Shinbi mengalihkan pandangannya pada satu foto dengan 3 orang tersenyum didalamnya dimeja kecil disamping ranjangnya, lalu menarik nafas panjang.

“Ada seorang gadis yang memiliki dua orang sahabat yang amat.. luar biasa. Yang satu amat hangat dan dewasa, sementara lainnya meskipun kadang kekanakan, namun ia amat protektif. Gadis ini bukan berasal dari keluarga yang harmonis, ia anak pertama, namun hampir tak pernah mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya yang sibuk. Yang ia kenal hanyalah baby sitter dan para pembantu, dan jika tidak karena kasih sayang yang diberikan orang tua kedua sahabatnya itu, mungkin ia akan tumbuh menjadi gadis yangYang ia kenal hanyalah baby sitter dan para pembantu, dan jika tidak karena kasih sayang yang diberikan orang tua kedua sahabatnya itu, mungkin ia akan tumbuh menjadi gadis yang.. masyarakat jauhi? Mungkin bisa dikatakan demikian..”

Seungri mendengar dengan serius, ia mengamati tiap perubahan ekspresi wajah Shinbi.

“Tanpa sadar gadis itu jatuh cinta pada sahabatnya sendiri, namun ternyata sahabatnya itu udah memiliki kekasih, dan akan menikah. Si gadis ini tak pernah mengatakan cintanya, ia takut hal tersebut akan merusak persahabatan yang telah sangat lama mereka jalin. Menurut gadis tersebut, persahabatannya itu sejuta kali lebih penting dari cinta pertamanya, bahkan dari hidupnya sendiri. Namun tentu saja tak ada yang bisa membohongi perasaan.. saat sahabat itu mengatakan bahwa ia akan menikahi kekasihnya, dunia si gadis seakan runtuh, namun ia tetap bahagia.. karena sahabatnya pun bahagia.. Meskipun sulit, si gadis tetap mendukung sahabat itu dari belakang.. itulah cerita dibalik lagu itu..” Shinbi selesai menceritakan ceritanya, Seungri pun langsung memberikan reaksi.

“Siapa nama pria itu nuna? Siapa pria yang nuna cintai itu? Apakah orang ini??” Seungri mengambil frame foto yang sedari tadi ia amati lalu menunjuk ke foto Jiyong yang tersenyum lebar.

Shinbi terkesiap, ia tak percaya Seungri bisa dengan sangat mudah menyerap ceritanya.

“M-Maksudmu?”

“Aku tahu gadis yang nuna ceritakan itu adalah nuna sindiri, ya kan nuna?” Seungri bertanya dengan santai, sementara Shinbi menelan ludahnya dengan sulit.

“Kau tahu nuna, seterlambat apapun, cinta pertama tetap harus dikejar.. paling tidak nuna nyatakan..” Seungri meletakkan kembali frame foto tersebut.

Shinbi tersenyum kecut “Tapi kali ini sudah terlalu terlambat Seungri.. ia sudah menikah..”

“Apa itu sebabnya nuna lalu memutuskan untuk pindah ke Jepang?” tanya Seungri lagi “untuk melupakan cinta pertama nuna..”

“Seungri ah.. kadang aku berpikir kalau kau seharusnya jadi peramal saja..” jawab Shinbi setengah bercanda. Seungri tersenyum, merasa menang sebab dugaannya barusan tepat.

Hari berikutnya Seungri kembali mengunjungi Shinbi, dan Shinbi yang memang sudah sedari tadi bosan, mengajak Seungri keluar, sekedar berjalan-jalan.

Mereka menelusuri jalanan Jepang, bercerita dan bercanda, membeli es krim, foto di booth photo-sticker, nonton, makan siang, dan melakukan apapun layaknya sepasang kekasih lakukan saat kencan. Bahkan keluar masuk distro untuk mencoba beberapa potong baju dan membelinya tentu saja.

“Nuna, terimakasih untuk kacamata keren ini!” Seungri meloncat-loncat kecil sambil sambil memakai kaca mata barunya. Sejak dari pertama kali masuk sebuah distro underground tadi Seungri tak pernah melepaskan pandanganya dari kacamata itu.

“Nothing! Itu tanda terimakasih ku karena kau telah jadi kawan terbaikku selama ini.. terima kasih Seungri!” lalu Shinbi melompat kecil dan mengecup pipi kanan Seungri. Seungri agak kaget, pipinya memerah.

“Aigoo lucunya..” ejek Shinbi sambil mencubit pipi Seungri.

“Waaaaa!” Seru Shinbi, setelah melepaskan cubitannya dari pipi Seungri.
Seungri mengikuti pandangan Shinbi dan mendaratkan pandangannya pada sebuah toko baju pengantin diseberang jalan.

Dengan antusias, Shinbi menggeret Seungri untuk menyeberang lalu masuk ke toko itu. Wajahnya terlihat begitu bahagia. Dengan antusias Shinbi melihat-lihat baju-baju itu, senyumnya mengembang.

“Selamat datang calon mempelai!” ujar seseorang membuat Shinbi dan Seungri terkejut.

“Selamat datang di parlor kami. Ada yang bisa kami bantu?” pelayan toko itu memberikan senyum termanisnya.

Shinbi yang sedang memegang gaun pengantin putih backless dengan aksen v-neck membalas senyumnya.

“Oh kami..” sebelum Shinbi selesai memberikan jawabannya pelayan tadi memotongnya.

“Maafkan kami, hari ini sedang ada pemotretan jas pengantin, jadi mohon calon suami mengerti dan menunggu sedikit lebih lama untuk mencoba jas, kami akan memberikan service terbaik bagi calon istri anda” ujarnya cepat sambil membungkuk kearah Seungri.

Seungri yang terlihat bingung hanya bengong, “Ha..? aku buk..” Shinbi segera menyikutnya.

“Ah, saya yakin calon suami saya tidak keberatan..” jawab Shinbi tersenyum pada pelayan itu. “Bolehkah kami melihat-lihat gaunnya terlebih dahulu?”

“Ah, tentu saja.. Silahkan.. saya kedalam sebentar..” pamit pelayan itu.

“Nuna, sejak kapan aku jadi calon suami mu??” tanya Seungri begitu yakin si pelayan sudah masuk.

“Hehe.. sudahlah.. aku ingin hanya ingin mencoba gaun-gaun ini.. berpura-pura sedikit tak masalahkan?” jawab Shinbi usil lalu memberikan kedipan kecil pada Seungri, Seungri hanya geleng-geleng melihat kelakukannya.

“Baiklah calon istriku yang amat kucinta… pilihlah gaun manapun yang kau suka, calon suamimu yang amat ganteng luar biasa ini akan membelikan gaun manapun untukmu..” Seungripun berakting, tak lupa memuji diri sendiri. Shinbi terkikik geli.

=======

“Kau mau mengolokku??” desis Jiyong sedikit kesal pada Seunghyun atau TOP yang sedang duduk di sofa didepannya, menyilangkan kaki dan mengamati Jiyong dari ujung rambut hingga ujung kepala.

“No..” jawabnya santai.

“Lalu apa maksudnya ini?!!” tanya Jiyong sambil menunjuk dirinya sendiri yang rapih dengan jas pengantin.

“Relax bro! aku hanya membunuh dua burung dengan satu batu saja. Kemarin aku tak sempat menghadiri pernikahanmu, dan Ri Yoo, tunangaku juga sedang butuh model untuk rancangan jas pengantin terbarunya. Jadi.. viola! Aku akhirnya melihatmu dalam balutan busana pengantin, dan Ri Yoo pun mendapatkan model.. aku cerdas bukan?”

“Sialan kau! Lagi pula pernikahan itu ti..” belum selesai Jiyong membalas perkataan Seunghyun, seorang wanita masuk kedalam ruang ganti untuk calon pengantin pria.

“Jagi.. oh maaf!” Ri Yoo yang tadinya mau memanggil Seunghyun langsung membungkuk kearah Jiyong, “Aku tak tahu kalau Jiyong ssi masih disini, aku pikir Jiyong ssi sudah dilokasi pemotretan.. ummm.. Seunghyun, bisa kau kemari sebentar..” Ri Yoo melambai kecil, lalu keluar ruangan, diikuti oleh Seunghyun. Beberapa menit kemudian Seunghyun kembali masuk keruangan itu.

“Ayo, Ji. Photographer sudah siap..” Jiyong bergegas keluar menuju cermin raksasa yang sekarang ditutup kain hitam. Tadinya tempat itu adalah tempat bagi kedua mempelai mematut gaun dan jas pilihan mereka. Cermin membentang dari ujung ruangan hingga keujung lainnya, tempat dimana calon pengantin wanita mencoba gaunnya dan hanya dipisahkan oleh sebuah tirai berwarna merah marun, jika tirai itu disibak, calon pempelai pria dan calon mempelai wanita biasanya akan berdiri dipodium berbentuk hati yanga da tepat ditengah ruangan dan mematut busana mereka, jika cocok pelayan toko akan memotret mereka dan memasukkan foto mereka di album pelanggan, hal itu merupakan tradisi toko yang sudah berlangsung lama.

Jiyong seperti sudah tahu posisinya dan langsung memasang pose terbaiknya, ia ingin hal ini segera berakhir hingga ia dapat berbaring dikamar hotelnya.

“Wow, you’re doing so great.. okay now hold your chin, okay yes like that, tilt yor head to the right.. no just a little. Hold it.. okay!” photographer tersebut memberi arahan.

Jiyong melakukan seperti apa yang fotografer itu katakan, photo session berlangsung lancar dan akhirnya selesai.

“Awesome! Mr. Kwon if you ever interested in photo-modeling make sure you contact me first, here my namecard.” Fotografer itu dengan antusias menjabat tangan Jiyong, sementara Jiyong hanya mengangguk.

Jiyong sedang mengamati kartu nama pemberian fotografer itu saat samar-samar ia mendengar suara tawa yang amat ia kenal. Suara tawa yang selama ini ia rindukan. Itu suara tawa Park Shinbi.

======

“Bagaimana calon suamiku? Apakah gaun ini membuatku cantik??” tanya Shinbi sambil tertawa kecil pada Seungri yang sabar menunggunya di sofa. Shinbi baru saja keluar dari ruang ganti pengantin wanita, rambutnya ditata sedemikian rupa, dan gaun backless v-neck yang tadi ia pegang menempel sempurna pada lekukan tubuhnya.

“Wow, nuna! Emm.. maksudku calon istriku! Kau tampak amat cantik! Aku ingin segera menikahimu!” seru Seungri sambil melompat berdiri dan menghampiri Shinbi lalu berjalan mengitarinya.

“Calon istriku, kau amat manis!” Seru Seungri sekali lagi, Shinbi tertawa dibuatnya.

“Bi..” sebuah suara mengagetkannya, Shinbi menoleh dan ia membeku ditempatnya, matanya membelalak kaget, tak percaya.

“J-Ji..”

====

holla readers!! *if i ever had~*
i've been quite MIA right now, college life is killing me.. *sok sibuk*
anyway. here it is! bagian tiga dari wedding suit.. how how??
maap maap deh kalo pendek, huhuhuhuu..
anyway, emmm.. i have two endings in my head rite now..
kira2 readers pada mw dibikin happy ending ato sad ending??
minta pendapatnya yaaahhh.. HAPPY READING! Read more!
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS