No title yet

“I told you I didn’t try to kill my self..” dia bergumam dengan sombongnya, pergelangannya yang teriris sudah dijahit dan diperban dengan rapih, sementara pergelangan yang lain tersambung dengan botol infuse kuning bening.

“Yeah, that’s what I wont buy.. you.are.in.my.control.right.now” kata Seunghyun menahan marah, kedua tangannya ia lipat didepan dadanya, berharap hal itu dapat menghentikan gemetar hebat jari-jarinya karena hampir kehilangan orang yang dikasihinya.

“Do as you want..” tutupnya singkat, lalu membalikkan badannya, menghadap meja rumah sakit dan memunggungi Seunghyun, lalu terlelap.

Sore kemarin lutut Seunghyun langsung lemas begitu melihat genangan darah yang menyusup dari pintu kamar mandi, dugaannya terbukti, Shinbi mencoba mengakhiri hidupnya. Dengan sekuat tenaga ia dobrak pintu kamar mandi itu, dan benar.. ia melihat Shinbi tergeletak tak bergerak dilantai kamar mandi, masih mengenakan gaun natalnya dengan serpihan kaca yang masih tertusuk dipergelangan tangan kanannya. Wajahnya pucat dan maskaranya sudah luntur, entah karena air mata atau ia cuci muka sebelumnya. Seunghyun sempat mengumpat beberapa kali dalam ketakutan, dengan hati-hati ia cabut serpihan kaca yang masih menancap memotong nadi Shinbi, lalu membalut pergelangan Shinbi dengan handuk dikamar mandi sambil terus memanggil nama Shinbi, berusaha membuatnya tetap sadar. Shinbi sempat membuka matanya, lalu melontarkan sebuah kalimat, “Leave me alone Ji, like you’ve done..”

“I wont be here for new year..” Shinbi berbisik tertahan, Seunghyun yang tertidur di sofa rumah sakit mengernyit, seolah mendengar kata-katanya.

“So don’t try to find me..” perlahan Shinbi duduk diujung ranjangnya, kakinya terjuntai hanya sejengkal dari lantai, dengan perlahan ia meletakkan telapak kakinya kelantai, Shinbi sedikit bergidik, lantai itu dingin. Ia kemudian menoleh kearah infusnya, lalu perlahan pula ia tarik jarum yang menghubungkan selang infuse dengan peredaran darahnya, dari tempat dimana jarum itu menusuk, sedikit keluar darah, namun Shinbi tak mempedulikannya.

Mengendap-endap ia memutar knob pintu, dan begitu pintu terbuka, ia menggigil kedinginan, ia hanya memakai selembar pakaian rumah sakit tipis dengan hanya tali dibagian punggungnya. Shinbi menengok kiri kanan, ia tersenyum lemah melihat suster terkantuk-kantuk.

Shinbi sendiri heran mengapa ia bisa mencapai tangga darurat tanpa kepergok oleh staff rumah sakit, tapi mungkin itu memang bantuan yang datang dari langit. Langit, ia teringat tempat dimana Jiyong berada, langit, kesana ia ingin pergi, langit.
Pegangan tangga terasa dingin menyentuh tangannya, namun sekali lagi Shinbi tak peduli. Dengan sedikit terengah7 lantai berhasil ia lewati, dan sekarang ia berdiri didepan pintu yang membatasinya dengan udara terbuka di arap gedung rumah sakit. Ia dorong pintu itu dengan mudah dan udara yang lebih dingin menyambutnya. Perpaduan antara Desember dan angin malam memang tak pernah bersahabat.

Bukannya memeluk badannya agar lebih hangat, Shinbi malah merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, seolah menyambut hembusan angin yang menusuk tulang. Ia memejamkan matanya dan tersenyum, lalu berjalan menuju ujung atap.

”Jiyongah! Na kanda!!” teriaknya, meskipun bibirnya mulai membiru.



“Don’t!!!!” teriak Seunghyun terbangun dari mimpi buruknya, nafasnya terengah, dahinya mengucurkan keringat dingin.dengan segera ia melempar pandangannya kearah ranjang Shinbi.

“Fcuk” umpatnya ketika tak melihat ranjang itu kosong. Buru-buru ia beranjak dari sofa dan membuka pintu kamar mandi, kosong. Lalu ia keluar, mencari-cari dengan panic dan ketakutan. Ia mendatangi meja suster penjaga, “Where’s patient room 501??” tanyanya.

Suster yang tadinya terkantuk itu seketika sadar, “What do you mean, Sir?”

“She’s not in her room.. did you take her for examination or what??!” Seunghyun tak bisa menahan emosinya sekarang.

“No, Sir..”

“SO WHERE THE HELL SHE IS!!!” teriaknya, suster itu lalu beranjak dari tempat duduknya.

“Sir, please respect other patient!!” suster itu mengingatkan Seunghyun, lalu seorang satpam datang menghampiri mereka.

“Is there anything wrong?”

“Patient 501 is missing..” kata suster itu kalem, dan Seunghyun harus menahan emosi agar tak melayangkan tinjunya earah suster itu.

“No way, I was monitoring the CCTV all the time, I must have notice it.. but..” satpam menghentikan kalimatnya, lalu melempar pandangan ke arah suster, “Sir, come woth me please..” lanjutnya, mereka berdua, dan suster pun langsung menuju ruang control keamanan dimana 12 tv kecil menyala dan mengirimkan gambar dari kamera CCTV yang tersebar lantai 5.

“I’m sorry, Sir. I was away to make a cup of coffee, let us rewind the video..” satpam itu lalu mengutak-atik beberapa tombol, memutar kembali rekaman video 15 terakhir.

“There she is..” telunjuk Seunghyun bergetar begitu melihat Shinbi mengendap membuka pintu tangga darurat, bagai disulut api, Seunghyun langsung melesat kearah pintu yang sama, lalu menaiki tangga dengan tergesa, dua tiga tangga sekaligus. Nafasnya tersenggal, paru-parunya seperti tersengat karena kurang oksigen.
Didorongnya pintu atap gedung dengan tergesa, dan diujung atap, ia melihat Shinbi berdiri merentangkan kedua tangannya, dan sempoyongan.

“ANDWE!!!!!” teriaknya dan langsung berlari kearah Shinbi, ia langsung menarik tangan Shinbi hingga ia terjatuh dalam pelukan Seunghyun yang juga terjatuh dengan punggung menghantam lantai atap. Air matanya mengalir.

“No babo ya!!” Seunghyun mengguncang tubuh Shinbi yang masih berada di atas tubuhnya sendiri.

“Leave..” katanya lirih sebelum akhirnya memejamkan mata tak sadarkan diri, tubuhnya terlalu lelah dan kedinginan.

“Shinbi yah!!” Seunghyun mengguncang tubuhnya lagi, dengan segera ia bangkit duduk, Shinbi berada di pelukannya.

“Shinbi yah!! Don’t joke like this it’s not funny,, wake up!!” ia terus mengguncang badan Shinbi yang dingin air matanya sekali lagi mengalir deras.
Seunghyun melepas jasnya, jas yang ia pakai untuk menghadiri pesta natal bersama Shinbi, lalu segera membalut Shinbi dengan jas itu berharap Shinbi dapat merasakan kehangatan jasnya dan segera sadar. Ia menggosokkan kedua ltangannya di lengan Shinbi untuk menambah hangat.

“Wake up.. Shinbi.. goddamn it wake up!!!!” Seunghyun benci mengakuinya, namun ia sungguh benci suaranya sekarang, yang terdengar amat ketakutan.

Samar ia mendengar suara sepatu beradu dengan lantai atap, “Sir.. you have to bring her down..” lalu suara suster yang berlari kearah mereka, seolah baru tersadar, Seunghyun langsung mengangkat Shinbi lalu berlari turun, Seunghyun hampir meneruskan menggunakan tangga darurat sebelun suster mengajaknya menggunakan lift.

“She’s okay now..” kata dokter, Sunghyun ingn membuang nafas lega, namun tahun baru belum berlalu, ada kemungkinan Shinbi akan mencoba bunuh diri lagi.
Seunghyun kini lebih waspada, ia meminta kunci pintu kamar Shinbi dan menguncinya sepanjang hari sehingga dokter atau suster yang akan memeriksa Shinbi harus mengetuk pintu dulu sebelum bisa masuk. Selama 3 hari dirumah sakit tak pernah sekalipun Seunghyun meninggalkan Shinbi, urusan pakaian dan logistic ia serahkan pad Seungri atau Daesung yang bergantian mengantarnya ke rumah sakit.

Shinbi bangkit secara perlahan, menengok ke arah Seunghyun yang masih terbangun, “Seunghyun..” panggilnya lirih.

“I want to gome, take me home.. I don’t like this place, remind me of Jiyong, I hate
it..” rintihnya, dan Seunghyun pun mengangguk setuju setelah berkonsultasi dengan dokter.

Dirumah, Seunghyun tak pernah meninggalkan sisi Shinbi, ia selalu menjaganya dan keadaan Shinbi-pun membaik, sesekali ia bahkan melontarkan joke-joke segar yang membuat mereka berdua tertawa bersama, semua kembali normal, atau setidaknya itulah yang Seunghyun pikir.

“where will we celebrate this new year eve??” tanya Shinbi tiba-tiba ketika Seunghyun sedang memasakkan spaghetti kesukaan mereka.

“Hhhmmm? Where do you think?” Seunghyun bertanya kembali, masih berkonsentrasi dengan spagettinya.

“I don’t know.. nikkou hotel? I heard the hold a massive fireworks party, I love fireworks..” jawab Shinbi sambil tersenyum lebar dan mengangkat garpunya menyambut sepiring spaghetti yang Seunghyun hidangkan.

“Nikkou? Are you sure?”

“Mmmmm.. why not?? It’s fireworks..”

“Nikkou hotel then..” Seunghyun tersenyum kecil, meskipun dalam otaknya ia berpikir keras bagaimana caranya mengubah pikiran Shinbi.

Tiga tahun lalu saat pesta natal di Hotel Nikkou, Jiyong yang saat itu adalah tunangan Shinbi menjadi sasaran salah tembak lawan politik ayahnya, ayahnya adalah kandidat presiden terkuat saat itu, dan Jiyong, entah sengaja atau tidak menghalangi peluru sniper melukai ayahnya, dan peluru itu bersarang dikepala Jiyong, membuatnya koma selama 6 hari sebelum akhirnya ia meninggal di malam pergantian tahun, dan sejak itu Shinbi seperti kehilangan semangat hidupnya. Seunghyun yang dulu sudah mengikhlaskan Shinbi dengan Jiyong tak bisa bertindak apa-apa kecuali melindungi Shinbi dari jauh, baru setahun belakangan ini akhirnya Seunghyun melamar Shinbi, meskipun Shinbi masih belum bisa melupakan Jiyong.

Tiga tahun belakangan ini pula, Seunghyun selalu khawatir menjelang akhir tahun, karena sudah tiga kali Shinbi mencoba bunuh diri di pesta natal, entah dengan menegak racun, menelan sebotol penuh obat tidur atau dengan mengiris pergelangan tangannya seperti yang ia lakukan 5 hari lalu.

“How’s this??” Shinbi berlenggok berputar didepan Seunghyun meggunakan gaun putih selutut yang indah memeluk tubuhnya, seunghyun hanya tersenyum puas.

“Perfect, lets go..”

Shinbi tampak begitu menikmati pesta tahun baru yang Hotel Nikkou adakan, sesekali ia tertawa sambil menunjuk hal-hal yang membuatnya heran, atau yang ia pikir lucu. Dan hal itu membuat Seunghyun tenang.

“Honey, I need to use the rest room..” Seunghyun tertegun ini pertama kalinya Shinbi memanggilnya dengan sebutan honey.. sebutan yang selama ini hanya ia tujukan pada Jiyong.

“You’ll miss the countdown..”

“I’ll be fast..” kata Shinbi meyakinkan Seunghyun lalu beranjak pergi, namun Seunghyun lalu menggenggam tangannya, membuat Shinbi berhenti dan berbalik menghadap Seunghyun dengan pandangan bertanya.

“Be here before the countdown okay?” lalu ia mengecup dahi Shinbi, lalu mengangkat dagunya dan mengecup bibir Shinbi, “I Love you..” Shinbi tersenyum, Seunghyun untuk kedua kalinya tertegun, Shinbi mengucapkan tiga kata itu duluan.

“I love you, too. Shinbi.”

Keluar dari kamar mandi, Shinbi tak sengaja melihat danau buatan Hotel Nikkou yang berkilauan ditimpa lampion-lampion dekorasi, bagai film rusak otak Shinbi langsung memutar kejadian tiga tahun lalu saat Jiyong tertembak. Ia seolah melihat kembail gaun putihnya bersimbah darah, ia teringat teriakan orang-orang, ia teringat bagaimana pesta berubah menjadi kacau, ia mengingat.. Jiyong. Seketika matanya kabur tergenang oleh air mata yang tertahan, bagai kerasukan, bukannya kembali ke Seunghyun, Shinbi berjalan kearah danau buatan itu, lalu ia menncelupkan kakinya membiarkan air dingin mengentuh kulitnya. Ia tak berhenti hingga air menyentuh dadanya dan akhirnya melahap semua tubuhnya, gelembung nafas muncul dua kali.
Seunghyun berulang kali melihat jamnya, ia mulai menghitung kemungkinan waktu yang digunakan seorang wanita untuk pergi ke kamar kecil dan ia pikir tak mungkin melebihi 5 menit. Ia mulai panic, menghiraukan countdown yang sudah muali, ia mulai mencari Shinbi, satu persatu kamar kecil ia periksa meskipun mendapat makian dari beberapa wanita setengah baya yang menggunakannya. Ia semakin panic ketika tak Shinbi tak dotemukan disalah satu kamar kecil tersebut. Dalam panic ia tak sengaja melihat stiletto Shinbi yang tergeletak di jalan setapak menuju danau buatan.

“Fuck, please don’t Shinbi..” iapun berlari menuju danau itu dan langsung berteriak memanggil-manggil nama Shinbi berulangkali, namun sepertinya tak terdengat oleh
Shinbi karena kembang api mulai ditembakkan keudara dengan suara letupan dan sorakan orang-orang.

Seunghyun tak bsa menahan airmatanya yang kembali mengalir, lututnya lemas. ia mengusap air matanya ketika ia melihat sesuatu dari dalam kolam yang baru terlihat karena kembang api besar yang baru saja diletuskan, dan sesuatu itu berbalut gaun putih, itu Shibi.

Tanpa ragu Seunghyun melompat kedalam danau dan langsung meraih tangan Shinbi lalu menariknya ke daratan. Kaki Shinbi masih tercelup diair danau saat Seunghyun berteriak untuk meminta bantuan.

“HELP!!!” teriaknya untungnya ada seseorang yang datang dan segera menelpon ambulance. Sementara Seunghyun menampar-nampar Shinbi mencoba membuatnya sadar. Ia lalu membuka mulut Shinbi, mencubit hidungnya lalu meniupkan udara dua kali, setelah itu ia menempatkan tangan kanan diatas tangan kirinya dan menekan dada kiri Shinbi sebanyak 30 kali dan meniupkan udara sekali lagi, ia terus melakukan nafas buatan sambil menangis dan memanggil-manggil nama Shinbi, namun Shinbi masih tak bereaksi.

“Come on.. come on.. YOU CAN’T LEAVE ME LIKE THIS!!!!”

“Come on Shinbi, I beg you..”

“Please.. Shinbi.. wake up..”

“Shinbi I love you.. please wake up..”

“SHINBI!!” ia terus melakukan nafas buatan hingga paramedic datang.

“Sir..” salah satu paramedic mendekatinya

“NO!!! Shinbi wake up!” ia terus mengguncang badan Shinbi.

“Sir..”panggil paramedic lagi.

“No!! don’t touch her.. Shinbi wake up.. Please..” paramedic lalu memegangi Seunghyun, menahannya agar tak berontak. Sementara petugas yang lain buru-buru melakukan pertolongan pada tubuh Shinbi yang terbaring kaku di tepi danau.
Hal yang terakhir dilihat Seunghyun adalah saat paramedic menutupkan kain putih melewati kepala Shinbi, selanjutnya ia tak sadarkan diri.



Dear, My Seunghyun.
I’m sorry.
I didn’t mean to be like this. I hate it my self too.
Good bye Seunghyun, thanks for everything,
I love you


“I love you too, Park Shinbi.” Seunghyun melipat kembali surat yang ia temukan dikantung jas hitamnya, mencium surat itu untuk terakhir kalinya, menghapus air matanya, lalu berjalan menuju stadium untuk menyampaikan kata perpisahan untuk Shinbi yang terbaring dalam peti putihnya.

“I.. I never thought that.. I have to stand here.. a-again.. exactly 3 years after my bestfriend’s funeral to send my.. ” Seunghyung menahan nafasnya yang bergetar, pelupuk matanya penuh air mata siap untuk tumpah, “my lovely wife to be, lovely friend, lovely sister, Park Shinbi.” Air matanya jatuh sudah, membasahi pipinya tanpa bisa ia tahan lagi.

“So long and good bye.. I love you.”


================================================

waaaa.. my first angst ever. and i couldn't even name it. sigh. enjoy. Read more!
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS