One Night Stand, Chapter 02
“Perempuan macam apa kau Park Shinbi?” ujar Shinbi pada pantulan bayangannya di cermin kamar mandi.
“Kau baru saja putus dengan kekasihmu dan pagi ini, kau sudah tak perawan, dengan pria yang sama sekali tak kau kenal..” ujarnya lagi, kali ini sambil bergidik tak percaya. Perlahan matanya menelusuri tubuhnya sendiri, dari leher hingga dadanya.
“Fuck!!!” umpatnya mendapati beberapa noda merah menghias kulit putihnya. Dengan segera ia melangkah masuk bath-up dan menyalakan keran shower, lalu dengan kasar mengusap-usap noda-noda merah itu dari tubuhnya, berharap noda tersebut dapat hilang secara ajaib, sudah dapat ditebak, usahanya gagal.
20 menit kemudian Shinbi keluar dari kamar mandinya berbalutkan kimono mandi dan handuk besar melingkar dikepalanya, ia memandang kamarnya, lalu memunguti pakaiannya yang semalam ia lempar secara sembarangan.
“Aku masih belum percaya” gumamnya lemah sambil duduk di pinggir ranjangnya, ia mengangkat celana dalamnya hingga satu level dengan pandangan matanya.
“Liar sekali ya semalam? Hingga celana dalam saja sampai sobek..” Shinbi menghembuskan nafas, “Tapi kenapa aku tak merasakan apapun semalam?” paling tidak harusnya aku juga merasakan kenikmatan “Ah! Apa yang aku pikirkan!!” katanya buru-buru sambil menggelengkan kepalanya, “Jangan-jangan aku ketularan mesum, gara-gara monster itu! Kwon Jiyong bangsat, mulai sekarang aku musuhmu! Dan kau musuhku!!!”
Dengan semangat membara Shinbi melucuti seprai dan sarung bantalnya, lalu membawanya ke luar kamarnya menuju pintu apartment, membukanya lalu membuang benda-benda itu keluar, termasuk bra dan celana dalamnya.
“Hilang semua bekas monster itu!” ujarnya seakan bangga dengan dirinya sendiri, namun kemudian ia menyadari sesuatu, pakaian dalamnya. Buru-buru ia keluar dan memungut bra dan celana dalamnya yang sudah sobek.
“Shinbi ssi?” seseorang memangilnya, Shinbi mendongak, “Ternyata benar kau! Kau tinggal disini?”
“Seung..ho.. ssi. Uh.. annyong?” sapanya gugup, buru-buru ia sembunyikan ‘benda keramat’ yang baru saja ia pungut.
“Baru selesai mandi? Mungkin ada baiknya kau ganti pakaian dulu baru keluar apartment..” Yang SeungHo adalah partner kerjanya, dia tipe pria yang langsung mengutarakan apa yang ia pikirkan, dan kadang hal itu membuat orang lain merasa tidak nyaman, sama seperti apa yang Shinbi rasakan.
“Ehe.. Anda benar, permisi saya mau ganti baju..” meskipun canggung, hal terbaik untuk menghadapi Seungho adalah jujur.
“Hey, ini.. kau lupa.. eung.. seprai?” Seungho memungut seprai dan sarung bantal yang tadi sengaja dibuang Shinbi.
“Ehe.. iya.. errrr.. terima kasih..” Shinbi mengamit seprai tadi, mukanya memerah.
“Kalau begitu, aku.. masuk dulu. Annyonghigyeseyo, Seungho ssi..”
Brak, pintu apartment pun tertutup, di balik pintu, pipi Shinbi memerah, detak jantungnya tak beraturan, ia malu setengah mati pada SeungHo, rekan kantornya.
“Eish! Bahkan hanya bekasnya saja masih menimbulkan masalah, dasar monster, pasti ia dikutuk!” umpatnya sambil memandangi buntalan kain ditangannya.
Buru-buru ia menuju ruang laundy, memasukkan kain-kain itu, memberinya setengah kotak sabun cuci lalu menyalakan mesin itu.
Shinbi jongkok didepan mesin cuci memandangi kain-kain itu berputar, “mesin cantik.. cucikan bekas monster terkutuk itu buatku yah..” lalu tersenyum konyol.
Ia kembali ke kamarnya, memakai bra tanpa tali dan celana dalam dan satu piece tube halter dress coklat muda yang selalu ia pakai jika ia selesai keramas. Sembil mengeringkan rambutnya, ia berjalan keluar kamar menuju dapur untuk membuat teh.
“Teh hangat, dan biscuit. Terapi alami untuk trauma oleh monster” gumamnya sambil membawa cemilannya keruang tengah lalu menyalakan TV sebelum ia teringat pada cuciannya.
“Yah! Apa kau gila!?? Bagaimana kau bisa lupa!!!” Youngbae tanpa sadar mengguncang tubuh Jiyong yang kaget melihat reaksinya, saking kagetnya Jiyong kawatir kalau Youngbae sedang gelap mata, bagaimanapun juga Shinbi itu sepupunya.
Jiyong menelan ludahnya, “H-hyung..” tanpa sadar Jiyong memanggil Youngbae dengan sebutan Hyung.
“Aish!!!” Youngbae melepaskan tubuh Jiyong, lalu menggaruk kepalanya. Ia menoleh kearah Jiyong, lalu mengamit lengannya, “Ikut aku, kita harus menyelidiki sesuatu.”
Beberapa menit kemudian Jiyong sudah berada di kamar Youngbae, semntara Youngbae sibuk membongkar lacinya mencari sesuat, “INI DIA!!!” katanya bangga sambil mengangkat sesuatu yang tampak seperti senter warna biru.
“Apa itu?”
“Ini SSS..”
“Hah?”
“Super Sperm Spray”
“Eh?” ekspresi Jiyong seolah mengatakan benda aneh apa itu?
“Sudahlah kau tak perlu tau, yang jelas alat ajaib ini bisa melihat bercak noda cinta di manapun, jok belakang mobil, tembok kamar mandi, kloset, kain dan bahkan rumput. Ayo, kita liat apakah ada Jiyong Junior diranjang Shinbi, jika ada, kau aman.”
Jiyong hanya melongo, “dari mana dia dapat barang aneh macam itu?”
Bagai detektif Youngbae mengendap-endap sambil membawa SSS dan lensa pembesar yang entah kapan sudah ia genggam erat, sementara Jiyong mengikutinya dengan patuh, setelah sampai kamar Shinbi, Jiyong secara otomatis menutup pintu kamar itu.
Semntara itu Youngbae masih dengan gaya sok detektif nya mulai menyemprotkan SSS ke lantai kayu Shinbi, lalu memperhatikannya dengan lensa pembesar, ia mengulangi hal itu beberapa kali, wajahnya cemas, “Yo, Ji.. I think you’re in a big trouble, I couldn’t find any trace man..” katanya tanpa melihat Jiyong, ia masih sibuk menyemprot SSS ke lantai.
“Yah, babo. Kau pikir semua orang seperti kau, tak peduli tempat? Kami melakukannya di ranjang bodoh!”
Youngbae buru-buru berdiri dari jongkoknya, “아 맞다!”
Jiyong hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya, sementara Youngbae langsung menuju TKP dan lagi-lagi mulai menyemprot dan mengamati ranjang yang…
“Hey, mana seprai ranjang ini?” Youngbae bertanya pada Jiyong.
“Huh mana aku tahu..” Jawab Jiyong sebelum ia mendengar suara pintu terbuka.
“APA YANG KALIAN LAKUKAN DIKAMARKU!!!” teriak Shinbi dengan penuh amarah.
“Aha.ha.. kami hanya.. iyakan Jiyong?” Youngbae tak jelas berkata apa, hal yang ia tahu pasti adalah ia harus buru-buru keluar dari kamar Shinbi kalau ia masih ingin nyawanya selamat.
“Hah??” tanya Jiyong bingung.
“KELUAR!!!!” teriak Shinbi, buru-buru Youngbae lari dari kamar Shinbi, Jiyongpun menyusulnya, namun sayang SSS yang Youngbae semprotkan tak mengering dengan begitu cepat dilantai kayu dan berubah menjadi gel licin yang membuat Youngbae terpeleset dalam keadaan panic Youngbae meraih apapun yang bisa ia raih, dan kebetulan benda pertama yang dapat ia raih adalah kain. Kejadian tersebut berlangsung begitu cepat, Youngbae jatuh dengan teriakan “Aaack..umphh..” disusul Jiyong yang juga terpeleset.
Beberapa detik kemudian Youngbae sadar bahwa kain yang tadi ia tarik adalah gaun Shinbi, dan teriakan “Aaack..” yang ia dengar adalah teriakan Shinbi yang gaunnya tertarik hingga tali spaghetti penahan gaunnya putus dan gaun itu jatuh bebas kelantai, bra Shinbi pun melorot dan memberikan akses penuh bagi siapapun untuk melihat dua buah payudara sehatnya, sementara teriakan “umphh..” adalah suara teriakan Shinbi yang tertahan karna Jiyong jatuh tepat diatasnya, dengan kedua tangannya tepat berada diatas payudara Shinbi, sementara mulut mereka beradu.
Mata Shinbi terbelalak lebar, di depan matanya persis ia melihat pupil Jiyong yang sudah hampir keluar dari soketnya.
Hal terakhir yang Jiyong ingat sebelum ia pingsan adalah tangan Shinbi yang terkepal.
=========
“AWWWW!!! Bisa tidak pelan-pelan??!!” bentak Jiyong pada Youngbae yang berusaha membersihkan darah dari sudut bibir Jiyong. Mereka sudah kembali ke apartment Jiyong, Youngbae yang memapahnya, hampir 5 menit Jiyong pingsan, siapa kira perempuan seperti Shinbi dapat meninju Jiyong sekeras itu? Jiyong masih menempelkan es batu ke mata kirinya dan sessekali ia pindahkan ke pipi kanannya.
“Ini kali terakhir aku mengikuti saran bodohmu Bae!” bentak Jiyong sekali lagi, dan langsung mendapatkan hukuman dari Youngbae denan menekan kapas pembersih lebih keras.
“Aww!!”
“Baby!”
“Siapa yang kau panggil baby? Coba saja pukulan sepupu psyco mu itu!” ujar Jiyong sewot dan Youngbae hanya menggelegkan kepalanya.
“Lagipula kenapa kau HARUS mendaratkan bibirmu diatas bibirnya, dan tanganmu diatas PAYUDARANYA KWON JIYONG!!”
“Kau pikir itu salahku!! Kalau bukan karena ide bodohmu..”
“BODOH KAU BILANG!!” Youngbae mengepalkan tangannya.
“Hyuuung~”
“Sigh. Tapi paling tidak aku yakin akan satu hal..”
“Eh?”
“Shinbi tidak mungkin hamil karena kau..” kata Youngbae sambil menunjuk hidung Jiyong.
“Dari mana kau tahu?”
“Pertama, kalian hanya sekali melakukannya, kemungkinannya adalah 2% jika kau berhasil menghamili seseorang dalam sekali main. Kedua, wanita segalak Shinbi tak mungkin hamil dengan begitu cepat..” ujarnya dengan percaya diri, sementara Jiyong hanya mengangguk setuju.
========
Tiga hari kemudian, Shinbi yang terlambat bangun keluar dari apartmen dengan buru-buru, ia segera berlari kearah lift dan memencet tombol turun. Rambutnya masih sedikit berantakan, bahkan ia belum menyapukan lipgloos kebibirnya, tangannya sibuk merapikan file-file yang akan ia presentasikan hari itu. Beberapa detik kemudian,
Jiyong yang juga baru keluar dari apartmentnya berjalan menuju lift dan berdiri persis disamping Shinbi, wajahnya kalem meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 8.45 AM, sementara Shinbi menujukkan wajah terganggunya.
“Monster ini bisanya kalem..” gumamnya pelan sambil bergeser dari tempatnya berdiri tadi. Tanpa ia sadari Jiyong mendengar gumamannya.
“Dasar wanita galak..” balasnya dengan bergumam.
Shinbi langsung melirik tajam kearah Jiyong, sementara mata Jiyong tak pernah meninggalkan pintu lift yang beberapa detik kemudian terbuka, Shinbi lalu buru-buru melangkahkan kakinya, namun tanpa ampun Jiyong mendesakkan tubuhnya kedalam lift untuk masuk duluan, hingga Shinbi sedikit terdorong.
Mengambil nafas panjang Shinbi menahan amarahnya, mengingat ia ada presentasi nanti.
Segera ia masuk kedalam lift dan memencat tombol 1, namun sekali lagi Jiyong membuatnya naik pitam dengan memencet semua tombol dibawah 18.
“YAH!!!” bentak Shinbi kesal.
“Ya?”
“Aissssh!! Kenapa kau harus memencet semua tombolnya! Arrrgh!”
“Jangan gampang marah, nanti rambutmu jadi berubah seperti macan..” ujar Jiyong kalem.
Shinbi melirik ke dinding besi lift, dan benar, rambutnya memang belum begitu rapi. Shinbi berusaha merapikan rambutnya, ia menghitung 1-10 dalam hati agar emosi sedikit teredam. Lift turun dengan lambat, dan berhenti ditiap lantainya.
Berkali-kali Shinbi mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam, semakin ia melihat jam semakin ia panic. Hari ini presentasi pertamanya, namun ia terancan terlambat gara-gara monster terkutuk yang sekarang sedang.. bersiul dengan santai disampingnya. Shinbi sudah tak bisa lebih kesal lagi, ingin rasanya ia mencekik monster itu, jika bukan karena takut blouse nya nanti kusut, ia asti sudah melakukan rencananya.
Saat lift berhenti dilantai 10, Shinbi segera keluar dari lift dan berlari menuju tangga darurat, sayup ia mendengar suara Jiyong, “Jalka~” mengejeknya.
Dengan kecepatan luar biasa Shinbi menuruni 2 lantai dan segera berbelok mencari lift lain yang hanya ada di lantai 8, tempat penthouse berada. Dengan nafas terengah ia segera memasuki lift itu, namun sepersekian detik pintu lift akan tertutup, seseorang berteriak untuk menahan lift. Orang itu Seungho.
“Oh.. terimakasih.. eh, Shinbi ssi??”
“Annyong Haseyo..” Shinbi membungkuk sedikit, Seungho tersenyum kearahnya.
“Mmmm.. sini kubawakan dokumenmu..” Seungho menawarkan bantuannya.
“Ah, tidak perlu.. saya masih sanggup membawanya sendiri. Terimakasih Seungho ssi..” tolak Shinbi halus.
“Aku bukannya menawarkan bantuan karena melihatmu keberatan membawa dokumen itu..” lanjut Seungho sambil mengambil dokumen-dokumen itu dari dekapan Shinbi, “Tapi karena aku rasa kau harus merapikan sedikit penampilanmu..”
Wajah Shinbi tak mungkin bisa lebih merah lagi, dengan buru-buru ia merapihkan rambutnya.
“Tak usah malu, aku akan berbalik, oke??”
Begitu Seungho berbalik, Shinbi langsung mengeluarkan sisir, merapihkan rambutnya, lalu membetulkan sedikit make-up nya yang sedikit luntur karena keringat. Tak lupa ia mengoleskan lipgloss.
“Terimakasih Seungho ssi..” Shinbi menepuk pundak Seungho. Seungho berbalik dan memperhatikan Shinbi dengan seksama. Shinbi yang diperhatikan jadi sedikit salah tingkah.
“Eh.. ada yang salah??” tanyanya sambil menutup bibirnya dengan punggung tangannya.
Seungho tersenyum, “Entahlah, sepertinya ada yang berubah..”
“Eh..??”
“HA!!” seru Seungho tiba-tiba “Bibir! Bibirmu jadi berwarna, tadi tak begitu..” katanya sambil mengangguk-angguk pelan, seolah bangga akhirnya bisa menemukan apa yang ia cari.
“A very observant of you Seungho ssi..” Shinbi tersipu.
“Ah, tidak juga.. aku hanya memperhatikan hal yang aku suka saja.” Ujarnya simple.
Aku hanya memperhatikan hal yang aku suka saja.
Aku hanya memperhatikan hal yang aku suka saja.
Aku hanya memperhatikan hal yang aku suka saja.
Kalimat itu terus berulang di otak Shinbi, berkedip dua kali, Shinbi lalu berkata. “Eh?”
DING!
Suara lift menyela pikiran Shinbi, “Ayo kita sudah sampai.” Seungho mengajak Shinbi keluar. Shinbi yang masih cengo main ikut keluar saja, namun kemudian ia tersadar.
“Eung, Seungho ssi, saya rasa saya salah keluar, seharusnya saya keluar di lantai 1 tadi..”
Sekali lagi Seungho hanya tersenyum, “Tapi mobilku disini..” katanya sambil memencet alarm mobilnya sebelum bunyi biiip dua kali terdengar Shinbi.
Sekali lagi Shinbi hanya “eh?”
“Ayo, kita berangkat bersama saja, toh kita satu kantor, iya kan??”
Sebelum Shinbi sempat mencerna perkataan Seungo, Seungho sudah membukakan pintu mobilnya, “Ayo, kita sudah terlambat lima menit.”
Meskipun ragu, Shinbi akhirnya masuk kedalam mobilnya. Menerima kebaikan orang tidak salahkan? Lagi pula ia juga sedang butuh.
Perjalanan ke kantor hanya memakan waktu 10 menit, namun bagi Shinbi yang hanya diam sepanjang perjalanan. Mobil berhenti tepat didepan pintu kantor, “turunlah..” ujar Seungho pelan.
“Eh? Tapi..”
“Kau ada presentasi.. ingat? Tak usah berterimakasih dulu, buat kantor kita bangga! Ayo keluar..” Seungho sedikit mendorong Shinbi keluar, lalu masuk kearea parkir dibawah lantai.
Shinbi mengecek arlojinya, masih ada 15 sebelum presentasi benar-benar dimulai, tanpa berpikir panjang, Shinbi segera berlari masuk gedung kantornya, menyapa resepsionis dan satpam secara buru-buru lalu segera menuju lift yang membawanya kelantai 8 tempat kantornya berada.
Keluar dari lift, sambil mengecek sekali lagi dokumen yang ia bawa, Shinbi berjalan menuju ruang presentasi, tanpa sengaja ia menabrak seseorang, dan dokumen yang ia bawa jatuh berantakan.
“Ahh.. Chusongham.. YAH! NO!” Shinbi yang tadinya mau minta maaf berubah saat melihat wajah Jiyong yang terlihat terganggu.
“Bisa tidak berjalan pakai mata? Ck!” ujar Jiyong lalu berlalu masuk kedalam ruang presentasi.
Shinbi rasanya ingin mencekik Jiyong lalu mencincangnya kecil-kecil dan memberi makan singa-singa dikebun binatang, namun sayang 3 menit lagi presentasi dimulai.
Presentasi Shinbi berjalan mulus, klien yang ia tangani bertepuk tangan,
“Terimakasih atas waktu anda, kami dari Absolute Advertising senang membantu anda. Sebelum kami tutup presentasi kami, apakah ada yang masih perlu ditanyakan? ” ujar Shinbi mengumbar senyum. Namun senyumnya buru-buru terhapus saat seseorang mengacungkan tangannya, Jiyong.
“Anda belum secara rinci menjelaskan tentang bagaimana prosedur kontrak? Lalu bagaimana pula prosedur eksekusi kontrak?” tanya Jiyong. Semua orang bergumam menyetujui.
Shinbi menyadari, masalah kontrak dalam presentasinya memang menjadi titik lemahnya, dia tak menyangka hal tersebut diketahui Jiyong.
Dasar monster, sense nya bagus juga.
Menarik nafas dalam, Shinbi mulai menjelaskan dengan terperinci tentang pertanyaan Jiyong, namun yang dilakukan Jiyong membuat Shinbi hampir kehilangan kesabaran. Ia yang mengajukan pertanyaan, namun dia sendiri yang mengacuhkan penjelasan Shinbi.
Untuk menahan amarahnya Shinbi menggenggam erat pensil kayu dengan kedua tangannya, sambil terus berusaha menjelaskan masalah kontrak tersebut.
“.. apakah sudah Jelas, perwakilan dari YGEntertainment, Mr. Kwon Jiyong?”
“hmm.. yeah.” Jawab Jiyong simple sambil membersihkan kukunya.
TAK!
Pensil yang dari tadi digenggam Shinbi patah jadi dua.
Sekali lagi Shinbi menarik nafas panjang, “Masih ada pertanyaan lagi?? Jika tidak ada, terima kasih atas waktunya. Absolute Advertising sangat menghargai anda.” Tutup Shinbi dan membungkuk dalam memberi salam. Setelah para undangan tepuk tangan, satu-persatu mereka menjabat tangan Shinbi, mengucapkan betapa Shinbi melakukan tugasnya dengan amat baik. Saat giliran Jiyong menjabat tangan Shinbi, Shinbi buru-buru membungkuk, menghindari jabat tangan dengan Jiyong.
Jiyong yang tengsin sempat mengeluarkan, “cih!” pelan, lalu berlalu.
Ya Tuhan , semoga aku tak lagi berurusan dengan monster itu. Dalam hati Shinbi berdoa.
Namun sepertinya Shinbi kurang beramal belakangan ini, sehingga doanya sama sekali tak didengar oleh Tuhan, bahkan Tuhan memberinya hukuman.
“Ne Sajangnim.. Saya akan segera membicarakan kontrak dengan perwakilan Absolute Advertising..” terdengar suara Jiyong menyudahi pembicaraan ditelfon.
Saat itu juga Shinbi ingin bunuh diri saja.
===================================
pace nya sengaja gw cepetin.. abis tiap nulis berubah mulu jalan ceritanya.. hhheeee.. maklum amatiran..
so howz that??
Read more!
“Kau baru saja putus dengan kekasihmu dan pagi ini, kau sudah tak perawan, dengan pria yang sama sekali tak kau kenal..” ujarnya lagi, kali ini sambil bergidik tak percaya. Perlahan matanya menelusuri tubuhnya sendiri, dari leher hingga dadanya.
“Fuck!!!” umpatnya mendapati beberapa noda merah menghias kulit putihnya. Dengan segera ia melangkah masuk bath-up dan menyalakan keran shower, lalu dengan kasar mengusap-usap noda-noda merah itu dari tubuhnya, berharap noda tersebut dapat hilang secara ajaib, sudah dapat ditebak, usahanya gagal.
20 menit kemudian Shinbi keluar dari kamar mandinya berbalutkan kimono mandi dan handuk besar melingkar dikepalanya, ia memandang kamarnya, lalu memunguti pakaiannya yang semalam ia lempar secara sembarangan.
“Aku masih belum percaya” gumamnya lemah sambil duduk di pinggir ranjangnya, ia mengangkat celana dalamnya hingga satu level dengan pandangan matanya.
“Liar sekali ya semalam? Hingga celana dalam saja sampai sobek..” Shinbi menghembuskan nafas, “Tapi kenapa aku tak merasakan apapun semalam?” paling tidak harusnya aku juga merasakan kenikmatan “Ah! Apa yang aku pikirkan!!” katanya buru-buru sambil menggelengkan kepalanya, “Jangan-jangan aku ketularan mesum, gara-gara monster itu! Kwon Jiyong bangsat, mulai sekarang aku musuhmu! Dan kau musuhku!!!”
Dengan semangat membara Shinbi melucuti seprai dan sarung bantalnya, lalu membawanya ke luar kamarnya menuju pintu apartment, membukanya lalu membuang benda-benda itu keluar, termasuk bra dan celana dalamnya.
“Hilang semua bekas monster itu!” ujarnya seakan bangga dengan dirinya sendiri, namun kemudian ia menyadari sesuatu, pakaian dalamnya. Buru-buru ia keluar dan memungut bra dan celana dalamnya yang sudah sobek.
“Shinbi ssi?” seseorang memangilnya, Shinbi mendongak, “Ternyata benar kau! Kau tinggal disini?”
“Seung..ho.. ssi. Uh.. annyong?” sapanya gugup, buru-buru ia sembunyikan ‘benda keramat’ yang baru saja ia pungut.
“Baru selesai mandi? Mungkin ada baiknya kau ganti pakaian dulu baru keluar apartment..” Yang SeungHo adalah partner kerjanya, dia tipe pria yang langsung mengutarakan apa yang ia pikirkan, dan kadang hal itu membuat orang lain merasa tidak nyaman, sama seperti apa yang Shinbi rasakan.
“Ehe.. Anda benar, permisi saya mau ganti baju..” meskipun canggung, hal terbaik untuk menghadapi Seungho adalah jujur.
“Hey, ini.. kau lupa.. eung.. seprai?” Seungho memungut seprai dan sarung bantal yang tadi sengaja dibuang Shinbi.
“Ehe.. iya.. errrr.. terima kasih..” Shinbi mengamit seprai tadi, mukanya memerah.
“Kalau begitu, aku.. masuk dulu. Annyonghigyeseyo, Seungho ssi..”
Brak, pintu apartment pun tertutup, di balik pintu, pipi Shinbi memerah, detak jantungnya tak beraturan, ia malu setengah mati pada SeungHo, rekan kantornya.
“Eish! Bahkan hanya bekasnya saja masih menimbulkan masalah, dasar monster, pasti ia dikutuk!” umpatnya sambil memandangi buntalan kain ditangannya.
Buru-buru ia menuju ruang laundy, memasukkan kain-kain itu, memberinya setengah kotak sabun cuci lalu menyalakan mesin itu.
Shinbi jongkok didepan mesin cuci memandangi kain-kain itu berputar, “mesin cantik.. cucikan bekas monster terkutuk itu buatku yah..” lalu tersenyum konyol.
Ia kembali ke kamarnya, memakai bra tanpa tali dan celana dalam dan satu piece tube halter dress coklat muda yang selalu ia pakai jika ia selesai keramas. Sembil mengeringkan rambutnya, ia berjalan keluar kamar menuju dapur untuk membuat teh.
“Teh hangat, dan biscuit. Terapi alami untuk trauma oleh monster” gumamnya sambil membawa cemilannya keruang tengah lalu menyalakan TV sebelum ia teringat pada cuciannya.
“Yah! Apa kau gila!?? Bagaimana kau bisa lupa!!!” Youngbae tanpa sadar mengguncang tubuh Jiyong yang kaget melihat reaksinya, saking kagetnya Jiyong kawatir kalau Youngbae sedang gelap mata, bagaimanapun juga Shinbi itu sepupunya.
Jiyong menelan ludahnya, “H-hyung..” tanpa sadar Jiyong memanggil Youngbae dengan sebutan Hyung.
“Aish!!!” Youngbae melepaskan tubuh Jiyong, lalu menggaruk kepalanya. Ia menoleh kearah Jiyong, lalu mengamit lengannya, “Ikut aku, kita harus menyelidiki sesuatu.”
Beberapa menit kemudian Jiyong sudah berada di kamar Youngbae, semntara Youngbae sibuk membongkar lacinya mencari sesuat, “INI DIA!!!” katanya bangga sambil mengangkat sesuatu yang tampak seperti senter warna biru.
“Apa itu?”
“Ini SSS..”
“Hah?”
“Super Sperm Spray”
“Eh?” ekspresi Jiyong seolah mengatakan benda aneh apa itu?
“Sudahlah kau tak perlu tau, yang jelas alat ajaib ini bisa melihat bercak noda cinta di manapun, jok belakang mobil, tembok kamar mandi, kloset, kain dan bahkan rumput. Ayo, kita liat apakah ada Jiyong Junior diranjang Shinbi, jika ada, kau aman.”
Jiyong hanya melongo, “dari mana dia dapat barang aneh macam itu?”
Bagai detektif Youngbae mengendap-endap sambil membawa SSS dan lensa pembesar yang entah kapan sudah ia genggam erat, sementara Jiyong mengikutinya dengan patuh, setelah sampai kamar Shinbi, Jiyong secara otomatis menutup pintu kamar itu.
Semntara itu Youngbae masih dengan gaya sok detektif nya mulai menyemprotkan SSS ke lantai kayu Shinbi, lalu memperhatikannya dengan lensa pembesar, ia mengulangi hal itu beberapa kali, wajahnya cemas, “Yo, Ji.. I think you’re in a big trouble, I couldn’t find any trace man..” katanya tanpa melihat Jiyong, ia masih sibuk menyemprot SSS ke lantai.
“Yah, babo. Kau pikir semua orang seperti kau, tak peduli tempat? Kami melakukannya di ranjang bodoh!”
Youngbae buru-buru berdiri dari jongkoknya, “아 맞다!”
Jiyong hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya, sementara Youngbae langsung menuju TKP dan lagi-lagi mulai menyemprot dan mengamati ranjang yang…
“Hey, mana seprai ranjang ini?” Youngbae bertanya pada Jiyong.
“Huh mana aku tahu..” Jawab Jiyong sebelum ia mendengar suara pintu terbuka.
“APA YANG KALIAN LAKUKAN DIKAMARKU!!!” teriak Shinbi dengan penuh amarah.
“Aha.ha.. kami hanya.. iyakan Jiyong?” Youngbae tak jelas berkata apa, hal yang ia tahu pasti adalah ia harus buru-buru keluar dari kamar Shinbi kalau ia masih ingin nyawanya selamat.
“Hah??” tanya Jiyong bingung.
“KELUAR!!!!” teriak Shinbi, buru-buru Youngbae lari dari kamar Shinbi, Jiyongpun menyusulnya, namun sayang SSS yang Youngbae semprotkan tak mengering dengan begitu cepat dilantai kayu dan berubah menjadi gel licin yang membuat Youngbae terpeleset dalam keadaan panic Youngbae meraih apapun yang bisa ia raih, dan kebetulan benda pertama yang dapat ia raih adalah kain. Kejadian tersebut berlangsung begitu cepat, Youngbae jatuh dengan teriakan “Aaack..umphh..” disusul Jiyong yang juga terpeleset.
Beberapa detik kemudian Youngbae sadar bahwa kain yang tadi ia tarik adalah gaun Shinbi, dan teriakan “Aaack..” yang ia dengar adalah teriakan Shinbi yang gaunnya tertarik hingga tali spaghetti penahan gaunnya putus dan gaun itu jatuh bebas kelantai, bra Shinbi pun melorot dan memberikan akses penuh bagi siapapun untuk melihat dua buah payudara sehatnya, sementara teriakan “umphh..” adalah suara teriakan Shinbi yang tertahan karna Jiyong jatuh tepat diatasnya, dengan kedua tangannya tepat berada diatas payudara Shinbi, sementara mulut mereka beradu.
Mata Shinbi terbelalak lebar, di depan matanya persis ia melihat pupil Jiyong yang sudah hampir keluar dari soketnya.
Hal terakhir yang Jiyong ingat sebelum ia pingsan adalah tangan Shinbi yang terkepal.
=========
“AWWWW!!! Bisa tidak pelan-pelan??!!” bentak Jiyong pada Youngbae yang berusaha membersihkan darah dari sudut bibir Jiyong. Mereka sudah kembali ke apartment Jiyong, Youngbae yang memapahnya, hampir 5 menit Jiyong pingsan, siapa kira perempuan seperti Shinbi dapat meninju Jiyong sekeras itu? Jiyong masih menempelkan es batu ke mata kirinya dan sessekali ia pindahkan ke pipi kanannya.
“Ini kali terakhir aku mengikuti saran bodohmu Bae!” bentak Jiyong sekali lagi, dan langsung mendapatkan hukuman dari Youngbae denan menekan kapas pembersih lebih keras.
“Aww!!”
“Baby!”
“Siapa yang kau panggil baby? Coba saja pukulan sepupu psyco mu itu!” ujar Jiyong sewot dan Youngbae hanya menggelegkan kepalanya.
“Lagipula kenapa kau HARUS mendaratkan bibirmu diatas bibirnya, dan tanganmu diatas PAYUDARANYA KWON JIYONG!!”
“Kau pikir itu salahku!! Kalau bukan karena ide bodohmu..”
“BODOH KAU BILANG!!” Youngbae mengepalkan tangannya.
“Hyuuung~”
“Sigh. Tapi paling tidak aku yakin akan satu hal..”
“Eh?”
“Shinbi tidak mungkin hamil karena kau..” kata Youngbae sambil menunjuk hidung Jiyong.
“Dari mana kau tahu?”
“Pertama, kalian hanya sekali melakukannya, kemungkinannya adalah 2% jika kau berhasil menghamili seseorang dalam sekali main. Kedua, wanita segalak Shinbi tak mungkin hamil dengan begitu cepat..” ujarnya dengan percaya diri, sementara Jiyong hanya mengangguk setuju.
========
Tiga hari kemudian, Shinbi yang terlambat bangun keluar dari apartmen dengan buru-buru, ia segera berlari kearah lift dan memencet tombol turun. Rambutnya masih sedikit berantakan, bahkan ia belum menyapukan lipgloos kebibirnya, tangannya sibuk merapikan file-file yang akan ia presentasikan hari itu. Beberapa detik kemudian,
Jiyong yang juga baru keluar dari apartmentnya berjalan menuju lift dan berdiri persis disamping Shinbi, wajahnya kalem meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 8.45 AM, sementara Shinbi menujukkan wajah terganggunya.
“Monster ini bisanya kalem..” gumamnya pelan sambil bergeser dari tempatnya berdiri tadi. Tanpa ia sadari Jiyong mendengar gumamannya.
“Dasar wanita galak..” balasnya dengan bergumam.
Shinbi langsung melirik tajam kearah Jiyong, sementara mata Jiyong tak pernah meninggalkan pintu lift yang beberapa detik kemudian terbuka, Shinbi lalu buru-buru melangkahkan kakinya, namun tanpa ampun Jiyong mendesakkan tubuhnya kedalam lift untuk masuk duluan, hingga Shinbi sedikit terdorong.
Mengambil nafas panjang Shinbi menahan amarahnya, mengingat ia ada presentasi nanti.
Segera ia masuk kedalam lift dan memencat tombol 1, namun sekali lagi Jiyong membuatnya naik pitam dengan memencet semua tombol dibawah 18.
“YAH!!!” bentak Shinbi kesal.
“Ya?”
“Aissssh!! Kenapa kau harus memencet semua tombolnya! Arrrgh!”
“Jangan gampang marah, nanti rambutmu jadi berubah seperti macan..” ujar Jiyong kalem.
Shinbi melirik ke dinding besi lift, dan benar, rambutnya memang belum begitu rapi. Shinbi berusaha merapikan rambutnya, ia menghitung 1-10 dalam hati agar emosi sedikit teredam. Lift turun dengan lambat, dan berhenti ditiap lantainya.
Berkali-kali Shinbi mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam, semakin ia melihat jam semakin ia panic. Hari ini presentasi pertamanya, namun ia terancan terlambat gara-gara monster terkutuk yang sekarang sedang.. bersiul dengan santai disampingnya. Shinbi sudah tak bisa lebih kesal lagi, ingin rasanya ia mencekik monster itu, jika bukan karena takut blouse nya nanti kusut, ia asti sudah melakukan rencananya.
Saat lift berhenti dilantai 10, Shinbi segera keluar dari lift dan berlari menuju tangga darurat, sayup ia mendengar suara Jiyong, “Jalka~” mengejeknya.
Dengan kecepatan luar biasa Shinbi menuruni 2 lantai dan segera berbelok mencari lift lain yang hanya ada di lantai 8, tempat penthouse berada. Dengan nafas terengah ia segera memasuki lift itu, namun sepersekian detik pintu lift akan tertutup, seseorang berteriak untuk menahan lift. Orang itu Seungho.
“Oh.. terimakasih.. eh, Shinbi ssi??”
“Annyong Haseyo..” Shinbi membungkuk sedikit, Seungho tersenyum kearahnya.
“Mmmm.. sini kubawakan dokumenmu..” Seungho menawarkan bantuannya.
“Ah, tidak perlu.. saya masih sanggup membawanya sendiri. Terimakasih Seungho ssi..” tolak Shinbi halus.
“Aku bukannya menawarkan bantuan karena melihatmu keberatan membawa dokumen itu..” lanjut Seungho sambil mengambil dokumen-dokumen itu dari dekapan Shinbi, “Tapi karena aku rasa kau harus merapikan sedikit penampilanmu..”
Wajah Shinbi tak mungkin bisa lebih merah lagi, dengan buru-buru ia merapihkan rambutnya.
“Tak usah malu, aku akan berbalik, oke??”
Begitu Seungho berbalik, Shinbi langsung mengeluarkan sisir, merapihkan rambutnya, lalu membetulkan sedikit make-up nya yang sedikit luntur karena keringat. Tak lupa ia mengoleskan lipgloss.
“Terimakasih Seungho ssi..” Shinbi menepuk pundak Seungho. Seungho berbalik dan memperhatikan Shinbi dengan seksama. Shinbi yang diperhatikan jadi sedikit salah tingkah.
“Eh.. ada yang salah??” tanyanya sambil menutup bibirnya dengan punggung tangannya.
Seungho tersenyum, “Entahlah, sepertinya ada yang berubah..”
“Eh..??”
“HA!!” seru Seungho tiba-tiba “Bibir! Bibirmu jadi berwarna, tadi tak begitu..” katanya sambil mengangguk-angguk pelan, seolah bangga akhirnya bisa menemukan apa yang ia cari.
“A very observant of you Seungho ssi..” Shinbi tersipu.
“Ah, tidak juga.. aku hanya memperhatikan hal yang aku suka saja.” Ujarnya simple.
Aku hanya memperhatikan hal yang aku suka saja.
Aku hanya memperhatikan hal yang aku suka saja.
Aku hanya memperhatikan hal yang aku suka saja.
Kalimat itu terus berulang di otak Shinbi, berkedip dua kali, Shinbi lalu berkata. “Eh?”
DING!
Suara lift menyela pikiran Shinbi, “Ayo kita sudah sampai.” Seungho mengajak Shinbi keluar. Shinbi yang masih cengo main ikut keluar saja, namun kemudian ia tersadar.
“Eung, Seungho ssi, saya rasa saya salah keluar, seharusnya saya keluar di lantai 1 tadi..”
Sekali lagi Seungho hanya tersenyum, “Tapi mobilku disini..” katanya sambil memencet alarm mobilnya sebelum bunyi biiip dua kali terdengar Shinbi.
Sekali lagi Shinbi hanya “eh?”
“Ayo, kita berangkat bersama saja, toh kita satu kantor, iya kan??”
Sebelum Shinbi sempat mencerna perkataan Seungo, Seungho sudah membukakan pintu mobilnya, “Ayo, kita sudah terlambat lima menit.”
Meskipun ragu, Shinbi akhirnya masuk kedalam mobilnya. Menerima kebaikan orang tidak salahkan? Lagi pula ia juga sedang butuh.
Perjalanan ke kantor hanya memakan waktu 10 menit, namun bagi Shinbi yang hanya diam sepanjang perjalanan. Mobil berhenti tepat didepan pintu kantor, “turunlah..” ujar Seungho pelan.
“Eh? Tapi..”
“Kau ada presentasi.. ingat? Tak usah berterimakasih dulu, buat kantor kita bangga! Ayo keluar..” Seungho sedikit mendorong Shinbi keluar, lalu masuk kearea parkir dibawah lantai.
Shinbi mengecek arlojinya, masih ada 15 sebelum presentasi benar-benar dimulai, tanpa berpikir panjang, Shinbi segera berlari masuk gedung kantornya, menyapa resepsionis dan satpam secara buru-buru lalu segera menuju lift yang membawanya kelantai 8 tempat kantornya berada.
Keluar dari lift, sambil mengecek sekali lagi dokumen yang ia bawa, Shinbi berjalan menuju ruang presentasi, tanpa sengaja ia menabrak seseorang, dan dokumen yang ia bawa jatuh berantakan.
“Ahh.. Chusongham.. YAH! NO!” Shinbi yang tadinya mau minta maaf berubah saat melihat wajah Jiyong yang terlihat terganggu.
“Bisa tidak berjalan pakai mata? Ck!” ujar Jiyong lalu berlalu masuk kedalam ruang presentasi.
Shinbi rasanya ingin mencekik Jiyong lalu mencincangnya kecil-kecil dan memberi makan singa-singa dikebun binatang, namun sayang 3 menit lagi presentasi dimulai.
Presentasi Shinbi berjalan mulus, klien yang ia tangani bertepuk tangan,
“Terimakasih atas waktu anda, kami dari Absolute Advertising senang membantu anda. Sebelum kami tutup presentasi kami, apakah ada yang masih perlu ditanyakan? ” ujar Shinbi mengumbar senyum. Namun senyumnya buru-buru terhapus saat seseorang mengacungkan tangannya, Jiyong.
“Anda belum secara rinci menjelaskan tentang bagaimana prosedur kontrak? Lalu bagaimana pula prosedur eksekusi kontrak?” tanya Jiyong. Semua orang bergumam menyetujui.
Shinbi menyadari, masalah kontrak dalam presentasinya memang menjadi titik lemahnya, dia tak menyangka hal tersebut diketahui Jiyong.
Dasar monster, sense nya bagus juga.
Menarik nafas dalam, Shinbi mulai menjelaskan dengan terperinci tentang pertanyaan Jiyong, namun yang dilakukan Jiyong membuat Shinbi hampir kehilangan kesabaran. Ia yang mengajukan pertanyaan, namun dia sendiri yang mengacuhkan penjelasan Shinbi.
Untuk menahan amarahnya Shinbi menggenggam erat pensil kayu dengan kedua tangannya, sambil terus berusaha menjelaskan masalah kontrak tersebut.
“.. apakah sudah Jelas, perwakilan dari YGEntertainment, Mr. Kwon Jiyong?”
“hmm.. yeah.” Jawab Jiyong simple sambil membersihkan kukunya.
TAK!
Pensil yang dari tadi digenggam Shinbi patah jadi dua.
Sekali lagi Shinbi menarik nafas panjang, “Masih ada pertanyaan lagi?? Jika tidak ada, terima kasih atas waktunya. Absolute Advertising sangat menghargai anda.” Tutup Shinbi dan membungkuk dalam memberi salam. Setelah para undangan tepuk tangan, satu-persatu mereka menjabat tangan Shinbi, mengucapkan betapa Shinbi melakukan tugasnya dengan amat baik. Saat giliran Jiyong menjabat tangan Shinbi, Shinbi buru-buru membungkuk, menghindari jabat tangan dengan Jiyong.
Jiyong yang tengsin sempat mengeluarkan, “cih!” pelan, lalu berlalu.
Ya Tuhan , semoga aku tak lagi berurusan dengan monster itu. Dalam hati Shinbi berdoa.
Namun sepertinya Shinbi kurang beramal belakangan ini, sehingga doanya sama sekali tak didengar oleh Tuhan, bahkan Tuhan memberinya hukuman.
“Ne Sajangnim.. Saya akan segera membicarakan kontrak dengan perwakilan Absolute Advertising..” terdengar suara Jiyong menyudahi pembicaraan ditelfon.
Saat itu juga Shinbi ingin bunuh diri saja.
===================================
pace nya sengaja gw cepetin.. abis tiap nulis berubah mulu jalan ceritanya.. hhheeee.. maklum amatiran..
so howz that??
Read more!
Read Users' Comments (10)