One Night Stand, Chapter 02

“Perempuan macam apa kau Park Shinbi?” ujar Shinbi pada pantulan bayangannya di cermin kamar mandi.

“Kau baru saja putus dengan kekasihmu dan pagi ini, kau sudah tak perawan, dengan pria yang sama sekali tak kau kenal..” ujarnya lagi, kali ini sambil bergidik tak percaya. Perlahan matanya menelusuri tubuhnya sendiri, dari leher hingga dadanya.

“Fuck!!!” umpatnya mendapati beberapa noda merah menghias kulit putihnya. Dengan segera ia melangkah masuk bath-up dan menyalakan keran shower, lalu dengan kasar mengusap-usap noda-noda merah itu dari tubuhnya, berharap noda tersebut dapat hilang secara ajaib, sudah dapat ditebak, usahanya gagal.

20 menit kemudian Shinbi keluar dari kamar mandinya berbalutkan kimono mandi dan handuk besar melingkar dikepalanya, ia memandang kamarnya, lalu memunguti pakaiannya yang semalam ia lempar secara sembarangan.

“Aku masih belum percaya” gumamnya lemah sambil duduk di pinggir ranjangnya, ia mengangkat celana dalamnya hingga satu level dengan pandangan matanya.

“Liar sekali ya semalam? Hingga celana dalam saja sampai sobek..” Shinbi menghembuskan nafas, “Tapi kenapa aku tak merasakan apapun semalam?” paling tidak harusnya aku juga merasakan kenikmatan “Ah! Apa yang aku pikirkan!!” katanya buru-buru sambil menggelengkan kepalanya, “Jangan-jangan aku ketularan mesum, gara-gara monster itu! Kwon Jiyong bangsat, mulai sekarang aku musuhmu! Dan kau musuhku!!!”

Dengan semangat membara Shinbi melucuti seprai dan sarung bantalnya, lalu membawanya ke luar kamarnya menuju pintu apartment, membukanya lalu membuang benda-benda itu keluar, termasuk bra dan celana dalamnya.

“Hilang semua bekas monster itu!” ujarnya seakan bangga dengan dirinya sendiri, namun kemudian ia menyadari sesuatu, pakaian dalamnya. Buru-buru ia keluar dan memungut bra dan celana dalamnya yang sudah sobek.

“Shinbi ssi?” seseorang memangilnya, Shinbi mendongak, “Ternyata benar kau! Kau tinggal disini?”


“Seung..ho.. ssi. Uh.. annyong?” sapanya gugup, buru-buru ia sembunyikan ‘benda keramat’ yang baru saja ia pungut.

“Baru selesai mandi? Mungkin ada baiknya kau ganti pakaian dulu baru keluar apartment..” Yang SeungHo adalah partner kerjanya, dia tipe pria yang langsung mengutarakan apa yang ia pikirkan, dan kadang hal itu membuat orang lain merasa tidak nyaman, sama seperti apa yang Shinbi rasakan.

“Ehe.. Anda benar, permisi saya mau ganti baju..” meskipun canggung, hal terbaik untuk menghadapi Seungho adalah jujur.

“Hey, ini.. kau lupa.. eung.. seprai?” Seungho memungut seprai dan sarung bantal yang tadi sengaja dibuang Shinbi.

“Ehe.. iya.. errrr.. terima kasih..” Shinbi mengamit seprai tadi, mukanya memerah.

“Kalau begitu, aku.. masuk dulu. Annyonghigyeseyo, Seungho ssi..”

Brak, pintu apartment pun tertutup, di balik pintu, pipi Shinbi memerah, detak jantungnya tak beraturan, ia malu setengah mati pada SeungHo, rekan kantornya.

“Eish! Bahkan hanya bekasnya saja masih menimbulkan masalah, dasar monster, pasti ia dikutuk!” umpatnya sambil memandangi buntalan kain ditangannya.

Buru-buru ia menuju ruang laundy, memasukkan kain-kain itu, memberinya setengah kotak sabun cuci lalu menyalakan mesin itu.

Shinbi jongkok didepan mesin cuci memandangi kain-kain itu berputar, “mesin cantik.. cucikan bekas monster terkutuk itu buatku yah..” lalu tersenyum konyol.

Ia kembali ke kamarnya, memakai bra tanpa tali dan celana dalam dan satu piece tube halter dress coklat muda yang selalu ia pakai jika ia selesai keramas. Sembil mengeringkan rambutnya, ia berjalan keluar kamar menuju dapur untuk membuat teh.

“Teh hangat, dan biscuit. Terapi alami untuk trauma oleh monster” gumamnya sambil membawa cemilannya keruang tengah lalu menyalakan TV sebelum ia teringat pada cuciannya.



“Yah! Apa kau gila!?? Bagaimana kau bisa lupa!!!” Youngbae tanpa sadar mengguncang tubuh Jiyong yang kaget melihat reaksinya, saking kagetnya Jiyong kawatir kalau Youngbae sedang gelap mata, bagaimanapun juga Shinbi itu sepupunya.
Jiyong menelan ludahnya, “H-hyung..” tanpa sadar Jiyong memanggil Youngbae dengan sebutan Hyung.

“Aish!!!” Youngbae melepaskan tubuh Jiyong, lalu menggaruk kepalanya. Ia menoleh kearah Jiyong, lalu mengamit lengannya, “Ikut aku, kita harus menyelidiki sesuatu.”

Beberapa menit kemudian Jiyong sudah berada di kamar Youngbae, semntara Youngbae sibuk membongkar lacinya mencari sesuat, “INI DIA!!!” katanya bangga sambil mengangkat sesuatu yang tampak seperti senter warna biru.

“Apa itu?”

“Ini SSS..”

“Hah?”

“Super Sperm Spray”

“Eh?” ekspresi Jiyong seolah mengatakan benda aneh apa itu?

“Sudahlah kau tak perlu tau, yang jelas alat ajaib ini bisa melihat bercak noda cinta di manapun, jok belakang mobil, tembok kamar mandi, kloset, kain dan bahkan rumput. Ayo, kita liat apakah ada Jiyong Junior diranjang Shinbi, jika ada, kau aman.”

Jiyong hanya melongo, “dari mana dia dapat barang aneh macam itu?”

Bagai detektif Youngbae mengendap-endap sambil membawa SSS dan lensa pembesar yang entah kapan sudah ia genggam erat, sementara Jiyong mengikutinya dengan patuh, setelah sampai kamar Shinbi, Jiyong secara otomatis menutup pintu kamar itu.

Semntara itu Youngbae masih dengan gaya sok detektif nya mulai menyemprotkan SSS ke lantai kayu Shinbi, lalu memperhatikannya dengan lensa pembesar, ia mengulangi hal itu beberapa kali, wajahnya cemas, “Yo, Ji.. I think you’re in a big trouble, I couldn’t find any trace man..” katanya tanpa melihat Jiyong, ia masih sibuk menyemprot SSS ke lantai.

“Yah, babo. Kau pikir semua orang seperti kau, tak peduli tempat? Kami melakukannya di ranjang bodoh!”

Youngbae buru-buru berdiri dari jongkoknya, “아 맞다!”

Jiyong hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya, sementara Youngbae langsung menuju TKP dan lagi-lagi mulai menyemprot dan mengamati ranjang yang…

“Hey, mana seprai ranjang ini?” Youngbae bertanya pada Jiyong.

“Huh mana aku tahu..” Jawab Jiyong sebelum ia mendengar suara pintu terbuka.

“APA YANG KALIAN LAKUKAN DIKAMARKU!!!” teriak Shinbi dengan penuh amarah.

“Aha.ha.. kami hanya.. iyakan Jiyong?” Youngbae tak jelas berkata apa, hal yang ia tahu pasti adalah ia harus buru-buru keluar dari kamar Shinbi kalau ia masih ingin nyawanya selamat.

“Hah??” tanya Jiyong bingung.

“KELUAR!!!!” teriak Shinbi, buru-buru Youngbae lari dari kamar Shinbi, Jiyongpun menyusulnya, namun sayang SSS yang Youngbae semprotkan tak mengering dengan begitu cepat dilantai kayu dan berubah menjadi gel licin yang membuat Youngbae terpeleset dalam keadaan panic Youngbae meraih apapun yang bisa ia raih, dan kebetulan benda pertama yang dapat ia raih adalah kain. Kejadian tersebut berlangsung begitu cepat, Youngbae jatuh dengan teriakan “Aaack..umphh..” disusul Jiyong yang juga terpeleset.

Beberapa detik kemudian Youngbae sadar bahwa kain yang tadi ia tarik adalah gaun Shinbi, dan teriakan “Aaack..” yang ia dengar adalah teriakan Shinbi yang gaunnya tertarik hingga tali spaghetti penahan gaunnya putus dan gaun itu jatuh bebas kelantai, bra Shinbi pun melorot dan memberikan akses penuh bagi siapapun untuk melihat dua buah payudara sehatnya, sementara teriakan “umphh..” adalah suara teriakan Shinbi yang tertahan karna Jiyong jatuh tepat diatasnya, dengan kedua tangannya tepat berada diatas payudara Shinbi, sementara mulut mereka beradu.
Mata Shinbi terbelalak lebar, di depan matanya persis ia melihat pupil Jiyong yang sudah hampir keluar dari soketnya.

Hal terakhir yang Jiyong ingat sebelum ia pingsan adalah tangan Shinbi yang terkepal.

=========

“AWWWW!!! Bisa tidak pelan-pelan??!!” bentak Jiyong pada Youngbae yang berusaha membersihkan darah dari sudut bibir Jiyong. Mereka sudah kembali ke apartment Jiyong, Youngbae yang memapahnya, hampir 5 menit Jiyong pingsan, siapa kira perempuan seperti Shinbi dapat meninju Jiyong sekeras itu? Jiyong masih menempelkan es batu ke mata kirinya dan sessekali ia pindahkan ke pipi kanannya.

“Ini kali terakhir aku mengikuti saran bodohmu Bae!” bentak Jiyong sekali lagi, dan langsung mendapatkan hukuman dari Youngbae denan menekan kapas pembersih lebih keras.

“Aww!!”

“Baby!”

“Siapa yang kau panggil baby? Coba saja pukulan sepupu psyco mu itu!” ujar Jiyong sewot dan Youngbae hanya menggelegkan kepalanya.

“Lagipula kenapa kau HARUS mendaratkan bibirmu diatas bibirnya, dan tanganmu diatas PAYUDARANYA KWON JIYONG!!”

“Kau pikir itu salahku!! Kalau bukan karena ide bodohmu..”

“BODOH KAU BILANG!!” Youngbae mengepalkan tangannya.

“Hyuuung~”

“Sigh. Tapi paling tidak aku yakin akan satu hal..”

“Eh?”

“Shinbi tidak mungkin hamil karena kau..” kata Youngbae sambil menunjuk hidung Jiyong.

“Dari mana kau tahu?”

“Pertama, kalian hanya sekali melakukannya, kemungkinannya adalah 2% jika kau berhasil menghamili seseorang dalam sekali main. Kedua, wanita segalak Shinbi tak mungkin hamil dengan begitu cepat..” ujarnya dengan percaya diri, sementara Jiyong hanya mengangguk setuju.

========

Tiga hari kemudian, Shinbi yang terlambat bangun keluar dari apartmen dengan buru-buru, ia segera berlari kearah lift dan memencet tombol turun. Rambutnya masih sedikit berantakan, bahkan ia belum menyapukan lipgloos kebibirnya, tangannya sibuk merapikan file-file yang akan ia presentasikan hari itu. Beberapa detik kemudian,

Jiyong yang juga baru keluar dari apartmentnya berjalan menuju lift dan berdiri persis disamping Shinbi, wajahnya kalem meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 8.45 AM, sementara Shinbi menujukkan wajah terganggunya.

“Monster ini bisanya kalem..” gumamnya pelan sambil bergeser dari tempatnya berdiri tadi. Tanpa ia sadari Jiyong mendengar gumamannya.

“Dasar wanita galak..” balasnya dengan bergumam.

Shinbi langsung melirik tajam kearah Jiyong, sementara mata Jiyong tak pernah meninggalkan pintu lift yang beberapa detik kemudian terbuka, Shinbi lalu buru-buru melangkahkan kakinya, namun tanpa ampun Jiyong mendesakkan tubuhnya kedalam lift untuk masuk duluan, hingga Shinbi sedikit terdorong.

Mengambil nafas panjang Shinbi menahan amarahnya, mengingat ia ada presentasi nanti.
Segera ia masuk kedalam lift dan memencat tombol 1, namun sekali lagi Jiyong membuatnya naik pitam dengan memencet semua tombol dibawah 18.

“YAH!!!” bentak Shinbi kesal.

“Ya?”

“Aissssh!! Kenapa kau harus memencet semua tombolnya! Arrrgh!”

“Jangan gampang marah, nanti rambutmu jadi berubah seperti macan..” ujar Jiyong kalem.

Shinbi melirik ke dinding besi lift, dan benar, rambutnya memang belum begitu rapi. Shinbi berusaha merapikan rambutnya, ia menghitung 1-10 dalam hati agar emosi sedikit teredam. Lift turun dengan lambat, dan berhenti ditiap lantainya.

Berkali-kali Shinbi mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam, semakin ia melihat jam semakin ia panic. Hari ini presentasi pertamanya, namun ia terancan terlambat gara-gara monster terkutuk yang sekarang sedang.. bersiul dengan santai disampingnya. Shinbi sudah tak bisa lebih kesal lagi, ingin rasanya ia mencekik monster itu, jika bukan karena takut blouse nya nanti kusut, ia asti sudah melakukan rencananya.

Saat lift berhenti dilantai 10, Shinbi segera keluar dari lift dan berlari menuju tangga darurat, sayup ia mendengar suara Jiyong, “Jalka~” mengejeknya.
Dengan kecepatan luar biasa Shinbi menuruni 2 lantai dan segera berbelok mencari lift lain yang hanya ada di lantai 8, tempat penthouse berada. Dengan nafas terengah ia segera memasuki lift itu, namun sepersekian detik pintu lift akan tertutup, seseorang berteriak untuk menahan lift. Orang itu Seungho.

“Oh.. terimakasih.. eh, Shinbi ssi??”

“Annyong Haseyo..” Shinbi membungkuk sedikit, Seungho tersenyum kearahnya.

“Mmmm.. sini kubawakan dokumenmu..” Seungho menawarkan bantuannya.

“Ah, tidak perlu.. saya masih sanggup membawanya sendiri. Terimakasih Seungho ssi..” tolak Shinbi halus.

“Aku bukannya menawarkan bantuan karena melihatmu keberatan membawa dokumen itu..” lanjut Seungho sambil mengambil dokumen-dokumen itu dari dekapan Shinbi, “Tapi karena aku rasa kau harus merapikan sedikit penampilanmu..”

Wajah Shinbi tak mungkin bisa lebih merah lagi, dengan buru-buru ia merapihkan rambutnya.

“Tak usah malu, aku akan berbalik, oke??”

Begitu Seungho berbalik, Shinbi langsung mengeluarkan sisir, merapihkan rambutnya, lalu membetulkan sedikit make-up nya yang sedikit luntur karena keringat. Tak lupa ia mengoleskan lipgloss.

“Terimakasih Seungho ssi..” Shinbi menepuk pundak Seungho. Seungho berbalik dan memperhatikan Shinbi dengan seksama. Shinbi yang diperhatikan jadi sedikit salah tingkah.

“Eh.. ada yang salah??” tanyanya sambil menutup bibirnya dengan punggung tangannya.
Seungho tersenyum, “Entahlah, sepertinya ada yang berubah..”

“Eh..??”

“HA!!” seru Seungho tiba-tiba “Bibir! Bibirmu jadi berwarna, tadi tak begitu..” katanya sambil mengangguk-angguk pelan, seolah bangga akhirnya bisa menemukan apa yang ia cari.

“A very observant of you Seungho ssi..” Shinbi tersipu.

“Ah, tidak juga.. aku hanya memperhatikan hal yang aku suka saja.” Ujarnya simple.

Aku hanya memperhatikan hal yang aku suka saja.

Aku hanya memperhatikan hal yang aku suka saja.

Aku hanya memperhatikan hal yang aku suka saja.


Kalimat itu terus berulang di otak Shinbi, berkedip dua kali, Shinbi lalu berkata. “Eh?”

DING!

Suara lift menyela pikiran Shinbi, “Ayo kita sudah sampai.” Seungho mengajak Shinbi keluar. Shinbi yang masih cengo main ikut keluar saja, namun kemudian ia tersadar.
“Eung, Seungho ssi, saya rasa saya salah keluar, seharusnya saya keluar di lantai 1 tadi..”

Sekali lagi Seungho hanya tersenyum, “Tapi mobilku disini..” katanya sambil memencet alarm mobilnya sebelum bunyi biiip dua kali terdengar Shinbi.

Sekali lagi Shinbi hanya “eh?”

“Ayo, kita berangkat bersama saja, toh kita satu kantor, iya kan??”

Sebelum Shinbi sempat mencerna perkataan Seungo, Seungho sudah membukakan pintu mobilnya, “Ayo, kita sudah terlambat lima menit.”

Meskipun ragu, Shinbi akhirnya masuk kedalam mobilnya. Menerima kebaikan orang tidak salahkan? Lagi pula ia juga sedang butuh.

Perjalanan ke kantor hanya memakan waktu 10 menit, namun bagi Shinbi yang hanya diam sepanjang perjalanan. Mobil berhenti tepat didepan pintu kantor, “turunlah..” ujar Seungho pelan.

“Eh? Tapi..”

“Kau ada presentasi.. ingat? Tak usah berterimakasih dulu, buat kantor kita bangga! Ayo keluar..” Seungho sedikit mendorong Shinbi keluar, lalu masuk kearea parkir dibawah lantai.

Shinbi mengecek arlojinya, masih ada 15 sebelum presentasi benar-benar dimulai, tanpa berpikir panjang, Shinbi segera berlari masuk gedung kantornya, menyapa resepsionis dan satpam secara buru-buru lalu segera menuju lift yang membawanya kelantai 8 tempat kantornya berada.

Keluar dari lift, sambil mengecek sekali lagi dokumen yang ia bawa, Shinbi berjalan menuju ruang presentasi, tanpa sengaja ia menabrak seseorang, dan dokumen yang ia bawa jatuh berantakan.

“Ahh.. Chusongham.. YAH! NO!” Shinbi yang tadinya mau minta maaf berubah saat melihat wajah Jiyong yang terlihat terganggu.

“Bisa tidak berjalan pakai mata? Ck!” ujar Jiyong lalu berlalu masuk kedalam ruang presentasi.

Shinbi rasanya ingin mencekik Jiyong lalu mencincangnya kecil-kecil dan memberi makan singa-singa dikebun binatang, namun sayang 3 menit lagi presentasi dimulai.


Presentasi Shinbi berjalan mulus, klien yang ia tangani bertepuk tangan,

“Terimakasih atas waktu anda, kami dari Absolute Advertising senang membantu anda. Sebelum kami tutup presentasi kami, apakah ada yang masih perlu ditanyakan? ” ujar Shinbi mengumbar senyum. Namun senyumnya buru-buru terhapus saat seseorang mengacungkan tangannya, Jiyong.

“Anda belum secara rinci menjelaskan tentang bagaimana prosedur kontrak? Lalu bagaimana pula prosedur eksekusi kontrak?” tanya Jiyong. Semua orang bergumam menyetujui.

Shinbi menyadari, masalah kontrak dalam presentasinya memang menjadi titik lemahnya, dia tak menyangka hal tersebut diketahui Jiyong.

Dasar monster, sense nya bagus juga.

Menarik nafas dalam, Shinbi mulai menjelaskan dengan terperinci tentang pertanyaan Jiyong, namun yang dilakukan Jiyong membuat Shinbi hampir kehilangan kesabaran. Ia yang mengajukan pertanyaan, namun dia sendiri yang mengacuhkan penjelasan Shinbi.

Untuk menahan amarahnya Shinbi menggenggam erat pensil kayu dengan kedua tangannya, sambil terus berusaha menjelaskan masalah kontrak tersebut.

“.. apakah sudah Jelas, perwakilan dari YGEntertainment, Mr. Kwon Jiyong?”

“hmm.. yeah.” Jawab Jiyong simple sambil membersihkan kukunya.

TAK!

Pensil yang dari tadi digenggam Shinbi patah jadi dua.

Sekali lagi Shinbi menarik nafas panjang, “Masih ada pertanyaan lagi?? Jika tidak ada, terima kasih atas waktunya. Absolute Advertising sangat menghargai anda.” Tutup Shinbi dan membungkuk dalam memberi salam. Setelah para undangan tepuk tangan, satu-persatu mereka menjabat tangan Shinbi, mengucapkan betapa Shinbi melakukan tugasnya dengan amat baik. Saat giliran Jiyong menjabat tangan Shinbi, Shinbi buru-buru membungkuk, menghindari jabat tangan dengan Jiyong.

Jiyong yang tengsin sempat mengeluarkan, “cih!” pelan, lalu berlalu.

Ya Tuhan , semoga aku tak lagi berurusan dengan monster itu. Dalam hati Shinbi berdoa.

Namun sepertinya Shinbi kurang beramal belakangan ini, sehingga doanya sama sekali tak didengar oleh Tuhan, bahkan Tuhan memberinya hukuman.

“Ne Sajangnim.. Saya akan segera membicarakan kontrak dengan perwakilan Absolute Advertising..” terdengar suara Jiyong menyudahi pembicaraan ditelfon.

Saat itu juga Shinbi ingin bunuh diri saja.

===================================

pace nya sengaja gw cepetin.. abis tiap nulis berubah mulu jalan ceritanya.. hhheeee.. maklum amatiran..

so howz that??

Read more!
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Wedding Suit part 3

“Hey, Ji… Are you sure??” tanya Youngbae pada Jiyong yang sedang sibuk memasukkan bajunya kedalam koper.

“Yep.. Pretty much.. kenapa?”

“Entahlah.. apa menurutmu bukan suatu hal yang riskan? Kau minta cuti ditengah
kesibukan macam ini.. maksudku..”

“Kalau aku tinggal pun.. aku juga tak punya cukup banyak tenaga untuk konsentrasi Bae.. lagi pula ini usul Yoona”

“Apakah kau akan mencarinya?” Jiyong berhenti menata bajunya, menarik nafas lalu memandang foto dimejanya, foto Youngbae, Jiyong dan Shinbi waktu ulang tahun Jiyong yang ke 19.

“I would like to..” ia tersenyum, “Tapi sayangnya Shinbi tak berada di Jepang..”

“Darimana kau tau itu?”

“Aku check semua penerbangan waktu itu, dan nama Park Shinbi terdaftar di pesawat yang menuju San Fransisco..” Jiyong lalu tersenyum kecut, “Mungkin dia memang ingin melupakan kita, Bae. Atau hanya aku..” dan Youngbae pun hanya menepuk pundak sahabatnya.

===

Jiyong menghirup udara Jepang dengan lega, ia sedikit berharap kedatangannya ke Jepang bisa sedikit merenggangkan otot-ototnya yang tegang karena pekerjaan, dan menghilangnya Shinbi. Ia langsung memanggil taksi dan meluncur ke hotel tempat ia menginap dan segera menelepon Seunghyun, temannya.

“Hey, T.O.P!”

“GD!! Zzup man??”

“So..so.. jadi? Ada apa? Kenapa kau memintaku menelponmu begitu sampai ke Jepang?”

“Well.. you know.. I need a favor..”

===

“Eiissshh.. hanya ditinggal 2 minggu saja debu sudah setebal ini!” keluh Shinbi sambil menyalakan vacuum cleanernya.

Shinbi baru saja kembali, dan mendapati apartementnya sudah tebal dengan debu, apartment Shinbi sangat kecil, hanya terdiri dari sebuah kamar mandi mini, dapur, dan ranjangnya, setelah membersihkan semua debu, ia lalu duduk dipinggir ranjangnya dan mengeluarkan gumpalan wol dari tas yang tadi ia bawa dan mulai kembali merajut syal, syal ketiga yang ia rajut dalam bulan ini. Kali ini ia merajut syal denga warna ungu muda, setelah kemarin ia menyelesaikan syal dengan warna pink muda dan biru muda, masing-masing dengan tulisan “Baby G” berwarna hitam salah satu ujungnya, dan배♥ 비♥ 지diujung lainnya.

Belum lama ia merajut, terdengar ketukan lembut dari pintu apartment kecilnya, Shinbi segera beranjak dan membuka pintu, ia mendaati Seungri tersenyum lebar.

“Nuna!!” sambut Seungri lalu memeluk erat Shinbi, Shinbi membalas pelukannya, lalu mengajak Seungri masuk.

“Ceria sekali kau hari ini?” tanya Shinbi sedikit heran, Seungri sekali lagi menunjukkan gigi putihnya, nyengir.

“Ah! Nuna! Apa itu?” bukannya menjawab pertanyaan Shinbi, Seungri malah balik bertanya setelah melihat syal-syal Shinbi yang tergeletak di ranjangnya.

“Ah.. syal..” jawabnya pelan, lalu duduk kembali diranjangnya, melanjutkan apa yang tadi ia lakukan tanpa mempedulikan Seungri yang sibuk menyapukan pandangan ke apartement mininya.

“Nuna..” panggil Seungri pelan.

“Hmm??” Shinbi menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya dari syal yang sedang ia rajut.

“geu.. geu nal.. geu euh.. geu norae..”

“Wae?”

“Apa cerita dibalik lagu itu nuna?” tanya Seungri akhirnya memberanikan diri menanyakan pertanyaan itu, matanya tak meninggalkan sosok Shinbi yang tanpak terkejut dengan pertanyaan itu. Perlahan Shinbi mengalihkan pandangannya pada satu foto dengan 3 orang tersenyum didalamnya dimeja kecil disamping ranjangnya, lalu menarik nafas panjang.

“Ada seorang gadis yang memiliki dua orang sahabat yang amat.. luar biasa. Yang satu amat hangat dan dewasa, sementara lainnya meskipun kadang kekanakan, namun ia amat protektif. Gadis ini bukan berasal dari keluarga yang harmonis, ia anak pertama, namun hampir tak pernah mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya yang sibuk. Yang ia kenal hanyalah baby sitter dan para pembantu, dan jika tidak karena kasih sayang yang diberikan orang tua kedua sahabatnya itu, mungkin ia akan tumbuh menjadi gadis yangYang ia kenal hanyalah baby sitter dan para pembantu, dan jika tidak karena kasih sayang yang diberikan orang tua kedua sahabatnya itu, mungkin ia akan tumbuh menjadi gadis yang.. masyarakat jauhi? Mungkin bisa dikatakan demikian..”

Seungri mendengar dengan serius, ia mengamati tiap perubahan ekspresi wajah Shinbi.

“Tanpa sadar gadis itu jatuh cinta pada sahabatnya sendiri, namun ternyata sahabatnya itu udah memiliki kekasih, dan akan menikah. Si gadis ini tak pernah mengatakan cintanya, ia takut hal tersebut akan merusak persahabatan yang telah sangat lama mereka jalin. Menurut gadis tersebut, persahabatannya itu sejuta kali lebih penting dari cinta pertamanya, bahkan dari hidupnya sendiri. Namun tentu saja tak ada yang bisa membohongi perasaan.. saat sahabat itu mengatakan bahwa ia akan menikahi kekasihnya, dunia si gadis seakan runtuh, namun ia tetap bahagia.. karena sahabatnya pun bahagia.. Meskipun sulit, si gadis tetap mendukung sahabat itu dari belakang.. itulah cerita dibalik lagu itu..” Shinbi selesai menceritakan ceritanya, Seungri pun langsung memberikan reaksi.

“Siapa nama pria itu nuna? Siapa pria yang nuna cintai itu? Apakah orang ini??” Seungri mengambil frame foto yang sedari tadi ia amati lalu menunjuk ke foto Jiyong yang tersenyum lebar.

Shinbi terkesiap, ia tak percaya Seungri bisa dengan sangat mudah menyerap ceritanya.

“M-Maksudmu?”

“Aku tahu gadis yang nuna ceritakan itu adalah nuna sindiri, ya kan nuna?” Seungri bertanya dengan santai, sementara Shinbi menelan ludahnya dengan sulit.

“Kau tahu nuna, seterlambat apapun, cinta pertama tetap harus dikejar.. paling tidak nuna nyatakan..” Seungri meletakkan kembali frame foto tersebut.

Shinbi tersenyum kecut “Tapi kali ini sudah terlalu terlambat Seungri.. ia sudah menikah..”

“Apa itu sebabnya nuna lalu memutuskan untuk pindah ke Jepang?” tanya Seungri lagi “untuk melupakan cinta pertama nuna..”

“Seungri ah.. kadang aku berpikir kalau kau seharusnya jadi peramal saja..” jawab Shinbi setengah bercanda. Seungri tersenyum, merasa menang sebab dugaannya barusan tepat.

Hari berikutnya Seungri kembali mengunjungi Shinbi, dan Shinbi yang memang sudah sedari tadi bosan, mengajak Seungri keluar, sekedar berjalan-jalan.

Mereka menelusuri jalanan Jepang, bercerita dan bercanda, membeli es krim, foto di booth photo-sticker, nonton, makan siang, dan melakukan apapun layaknya sepasang kekasih lakukan saat kencan. Bahkan keluar masuk distro untuk mencoba beberapa potong baju dan membelinya tentu saja.

“Nuna, terimakasih untuk kacamata keren ini!” Seungri meloncat-loncat kecil sambil sambil memakai kaca mata barunya. Sejak dari pertama kali masuk sebuah distro underground tadi Seungri tak pernah melepaskan pandanganya dari kacamata itu.

“Nothing! Itu tanda terimakasih ku karena kau telah jadi kawan terbaikku selama ini.. terima kasih Seungri!” lalu Shinbi melompat kecil dan mengecup pipi kanan Seungri. Seungri agak kaget, pipinya memerah.

“Aigoo lucunya..” ejek Shinbi sambil mencubit pipi Seungri.

“Waaaaa!” Seru Shinbi, setelah melepaskan cubitannya dari pipi Seungri.
Seungri mengikuti pandangan Shinbi dan mendaratkan pandangannya pada sebuah toko baju pengantin diseberang jalan.

Dengan antusias, Shinbi menggeret Seungri untuk menyeberang lalu masuk ke toko itu. Wajahnya terlihat begitu bahagia. Dengan antusias Shinbi melihat-lihat baju-baju itu, senyumnya mengembang.

“Selamat datang calon mempelai!” ujar seseorang membuat Shinbi dan Seungri terkejut.

“Selamat datang di parlor kami. Ada yang bisa kami bantu?” pelayan toko itu memberikan senyum termanisnya.

Shinbi yang sedang memegang gaun pengantin putih backless dengan aksen v-neck membalas senyumnya.

“Oh kami..” sebelum Shinbi selesai memberikan jawabannya pelayan tadi memotongnya.

“Maafkan kami, hari ini sedang ada pemotretan jas pengantin, jadi mohon calon suami mengerti dan menunggu sedikit lebih lama untuk mencoba jas, kami akan memberikan service terbaik bagi calon istri anda” ujarnya cepat sambil membungkuk kearah Seungri.

Seungri yang terlihat bingung hanya bengong, “Ha..? aku buk..” Shinbi segera menyikutnya.

“Ah, saya yakin calon suami saya tidak keberatan..” jawab Shinbi tersenyum pada pelayan itu. “Bolehkah kami melihat-lihat gaunnya terlebih dahulu?”

“Ah, tentu saja.. Silahkan.. saya kedalam sebentar..” pamit pelayan itu.

“Nuna, sejak kapan aku jadi calon suami mu??” tanya Seungri begitu yakin si pelayan sudah masuk.

“Hehe.. sudahlah.. aku ingin hanya ingin mencoba gaun-gaun ini.. berpura-pura sedikit tak masalahkan?” jawab Shinbi usil lalu memberikan kedipan kecil pada Seungri, Seungri hanya geleng-geleng melihat kelakukannya.

“Baiklah calon istriku yang amat kucinta… pilihlah gaun manapun yang kau suka, calon suamimu yang amat ganteng luar biasa ini akan membelikan gaun manapun untukmu..” Seungripun berakting, tak lupa memuji diri sendiri. Shinbi terkikik geli.

=======

“Kau mau mengolokku??” desis Jiyong sedikit kesal pada Seunghyun atau TOP yang sedang duduk di sofa didepannya, menyilangkan kaki dan mengamati Jiyong dari ujung rambut hingga ujung kepala.

“No..” jawabnya santai.

“Lalu apa maksudnya ini?!!” tanya Jiyong sambil menunjuk dirinya sendiri yang rapih dengan jas pengantin.

“Relax bro! aku hanya membunuh dua burung dengan satu batu saja. Kemarin aku tak sempat menghadiri pernikahanmu, dan Ri Yoo, tunangaku juga sedang butuh model untuk rancangan jas pengantin terbarunya. Jadi.. viola! Aku akhirnya melihatmu dalam balutan busana pengantin, dan Ri Yoo pun mendapatkan model.. aku cerdas bukan?”

“Sialan kau! Lagi pula pernikahan itu ti..” belum selesai Jiyong membalas perkataan Seunghyun, seorang wanita masuk kedalam ruang ganti untuk calon pengantin pria.

“Jagi.. oh maaf!” Ri Yoo yang tadinya mau memanggil Seunghyun langsung membungkuk kearah Jiyong, “Aku tak tahu kalau Jiyong ssi masih disini, aku pikir Jiyong ssi sudah dilokasi pemotretan.. ummm.. Seunghyun, bisa kau kemari sebentar..” Ri Yoo melambai kecil, lalu keluar ruangan, diikuti oleh Seunghyun. Beberapa menit kemudian Seunghyun kembali masuk keruangan itu.

“Ayo, Ji. Photographer sudah siap..” Jiyong bergegas keluar menuju cermin raksasa yang sekarang ditutup kain hitam. Tadinya tempat itu adalah tempat bagi kedua mempelai mematut gaun dan jas pilihan mereka. Cermin membentang dari ujung ruangan hingga keujung lainnya, tempat dimana calon pengantin wanita mencoba gaunnya dan hanya dipisahkan oleh sebuah tirai berwarna merah marun, jika tirai itu disibak, calon pempelai pria dan calon mempelai wanita biasanya akan berdiri dipodium berbentuk hati yanga da tepat ditengah ruangan dan mematut busana mereka, jika cocok pelayan toko akan memotret mereka dan memasukkan foto mereka di album pelanggan, hal itu merupakan tradisi toko yang sudah berlangsung lama.

Jiyong seperti sudah tahu posisinya dan langsung memasang pose terbaiknya, ia ingin hal ini segera berakhir hingga ia dapat berbaring dikamar hotelnya.

“Wow, you’re doing so great.. okay now hold your chin, okay yes like that, tilt yor head to the right.. no just a little. Hold it.. okay!” photographer tersebut memberi arahan.

Jiyong melakukan seperti apa yang fotografer itu katakan, photo session berlangsung lancar dan akhirnya selesai.

“Awesome! Mr. Kwon if you ever interested in photo-modeling make sure you contact me first, here my namecard.” Fotografer itu dengan antusias menjabat tangan Jiyong, sementara Jiyong hanya mengangguk.

Jiyong sedang mengamati kartu nama pemberian fotografer itu saat samar-samar ia mendengar suara tawa yang amat ia kenal. Suara tawa yang selama ini ia rindukan. Itu suara tawa Park Shinbi.

======

“Bagaimana calon suamiku? Apakah gaun ini membuatku cantik??” tanya Shinbi sambil tertawa kecil pada Seungri yang sabar menunggunya di sofa. Shinbi baru saja keluar dari ruang ganti pengantin wanita, rambutnya ditata sedemikian rupa, dan gaun backless v-neck yang tadi ia pegang menempel sempurna pada lekukan tubuhnya.

“Wow, nuna! Emm.. maksudku calon istriku! Kau tampak amat cantik! Aku ingin segera menikahimu!” seru Seungri sambil melompat berdiri dan menghampiri Shinbi lalu berjalan mengitarinya.

“Calon istriku, kau amat manis!” Seru Seungri sekali lagi, Shinbi tertawa dibuatnya.

“Bi..” sebuah suara mengagetkannya, Shinbi menoleh dan ia membeku ditempatnya, matanya membelalak kaget, tak percaya.

“J-Ji..”

====

holla readers!! *if i ever had~*
i've been quite MIA right now, college life is killing me.. *sok sibuk*
anyway. here it is! bagian tiga dari wedding suit.. how how??
maap maap deh kalo pendek, huhuhuhuu..
anyway, emmm.. i have two endings in my head rite now..
kira2 readers pada mw dibikin happy ending ato sad ending??
minta pendapatnya yaaahhh.. HAPPY READING! Read more!
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS