Wedding Suit part 2

“Hi, Ri..” Shinbi menyapa sambil duduk disebelah Seungri yang sibuk memainkan pensilnya diatas kertas balok nada didepannya.

“Oh, nuna..” jawabnya singkat lalu fokus lagi pada pekerjaannya, Shinbi cemberut, Seungri memang begitu jika sudah berurusan dengan music, mungkin ada kebakaran saja dia tak akan sadar. Merasa bosan Shinbi kemudian beranjak menuju grand piano berwarna putih diseberang ruang, sejenak ia merasa familiar dengan piano didepannya, teringat dengan Ppittam, piano miliknya di Korea, yang sudah ia tinggal selama 3 bulan ini. Shinbi memangdang tuts hitam putih didepannya lalu memencet satu nada.

“ting..” tak ada reaksi dari Seungri, Shinbi makin cemberut, ia lalu membetulkan posisi duduknya agar lebih nyaman lalu menaruh kesepuluh jarinya diatas tuts-tuts itu, menarik nafas panjang sambil memejamkan matanya lalu mulai memainkan nada-nada manis yang sudah ia ingat diluar kepalanya. Nada itu mengalun dengan sangat indah, hingga Seungri tak kuasa memperhatikan Shinbi dari mejanya. Ekspresi Shinbi kalem, namun menyimpan begitu macam perasaan yang tak bisa Seungri jelaskan.

Shinbi makin terlarut pada permainan pianonya, tempo musiknya ia mainkan lambat menenangkan, tanpa sadar Shinbi membuka mulutnya, ikut berdendang dengan permainan pianonya.

You would argue with her
Then you would burst in tears.
Sometimes you would struggle,
Then I pray that you would leave her side
My heart ache silently
But your smile brightens my day.
I conceal and hide my feelings
Cuz I'm scared that it might affect the way you see me

Alunan suaranya yang begitu menenangkan membuat Seungri terpesona, tak lepas matanya dari ekspresi wajah Shinbi yang makin lama bisa Seungri mengerti, namun makin tak bisa ia jelaskan.

So I hold my breath
Then I bite my lips
And pray that you would leave her side.

Shinbi menghentikan permainannya ditengah jalan, tanpa menyadari bahwa dari tadi ada pendengar yang sedang mengamatinya, ia memejamkan matanya lalu mendongak keatas dan menarik nafas panjang, metode yang amat jitu untuk menahan air mata.

“Kenapa berhenti??” kaget, Shinbi buru-buru menoleh kearah suara, dan mendapati Seungri berdiri disampingnya, Shinbi tersenyum kepadanya.

“Karena aku sudah mendapat perhatianmu, aku paling benci kalau kau hiraukan seperti tadi!” Alis Seungri bertaut, gadis didepannya ini mungkin adalah gadis terkuat, dan memiliki karisma, namun entah kenapa Seungri selalu menemukan jiwa kekanakan dibalik itu semua.

“Oh, ya?” Seungri lalu mendekat, dan Shinbi bergeser untuk memberi Seungri tempat untuk duduk.

“Iya donk, kau kan lelaki paling tampan disini!” ujar Shinbi ceria sambil mencubit pipi Seungri, lalu menaruh kepalanya yang terasa sedikit pusing dan ringan dipundak Seungri, lalu segera menutup matanya, sementara Seungri tak bisa berhenti tersenyum.

“Apa judul lagu barusan, Nuna?” Tanya Seungri, namun tak ada jawaban dari Shinbi. Seungri kembali tersenyum, ia lalu pelan-pelan memutar tubuhnya sedemikian rupa lalu pelan-pelan mengangkat tubuh Shinbi, lalu menuju kamar mereka dan meletakkan Shinbi yang tertidur pulas di ranjang dan menyelimutinya. She’s such a deep sleeper, and the quickest too, pikir Seungri sambil geleng-geleng kepala.

===

“Hi, Yoon!” Yoona mendongak ketika samar-samar ia mendengar namanya dipanggil, saat ia melihat Youngbae tersenyum kearahnya, buru-buru ia lepas earpiece dari kedua telinganya, samar “Chocolate Love” dari SNSD terdengar.

“Hi, Tae!” sapanya ceria lalu meletakkan bolpen yang dari tadi ia mainkan, “tak makan siang?” tanyanya basa-basi.

“Kau sendiri??” tanya Youngbae kembali sambil duduk didepan Yoona, Yoona lalu merengut dan membuat ekspresi sebal.

“Aku paling tak suka kalau pertanyaanku dijawab dengan pertanyaan juga!” lalu ia menggelembungkan pipinya, Youngbae hanya tertawa kecil dan mencubit gemas pipi Yoona, mereka berdua tertawa.

“Aku tak sabar untuk liburan..” kata Yoona tiba-tiba sambil menguap dan merentangkan kedua tangannya. Sekali lagi Youngbae tersenyum.

“Kenapa? Bosan dengan kehidupan??” tanyanya peduli, Yoona lalu memandangnya.

“Nope! Tapi paling tidak aku ingin jalan-jalan tanpa memikirkan perusahaan.. pasti rasanya akan sangat fresh!” jawabnya masih dengan nada ceria.

“Hi, ku beri tahu satu rahasia kecil..” Youngbae mendekan pada Yoona seakan informasi yang akn ia sampaikan itu sangat berharga, “Taman ini..” mulainya sambil menyapukan pandangan keseluruh taman, “merupakan tempat pelarianku.. ”

“Oh ya? Maksudmu??” tanya Yoona cepat.

“Lihatlah sekitar.. bunga berhamparan, anak kecil berlarian, kupu-kupu beterbangan..” Jelas Youngbae satu persatu, “Kadang hal-hal kecil seperti itulah yang menenangkan, membuat kita lupa akan masalah yang sedang ia hadapi..” Youngbae tersenyum, lalu memandang tepat kearah mata Yoona, menunggu persetujuan, Yoona hanya tersenyum, taman yang terletak diseberang kantor mereka memang menenangkan, seperti dunia yang sama sekali berbeda dengan lingkungan sekitarnya yang serba hectic dan sibuk, menuntut manusia untuk bergerak dua tiga kali lebih cepat dari manusia lain.

“Indeed it is..” jawab Yoona tersenyum tulus. “Ya kan?? Seperti anak-anak yang berlarian disana, kadang melihat pemandangan itu membuatku ingin jadi anak-anak lagi, carefree and honest, aren’t they?” sambung Youngbae.

“Iya, sama seperti penjual ttokpoki di ujung jalan itu..” tunjuk Yoona dan langsung disambut tautan alis Youngbae.

“Membuatku lapar setengah mati..” lanjutnya nyengir kuda, gelak tawa mereka berduapun kembali pecah. “Belikan untukku yah.. pleaseee…” mohon Yoona sambil menarik-narik lengan kemeja Youngbae, namun Youngbae tak bergeming.

“Aku mohhooonn.. aku belum makan sejak pagi, lapaarr..” mohonnya lagi, kali ini Youngbae menyerah.

“Belum makan sejak pagi?? Itukan tidak baik untuk..”

“iya-iya aku tau!” potong Yoona cepat, “Aish, kau sama saja seperti Jiyong, mengomeliku hanya karena makanan, kalau tiap pagi aku tak mual, sudah kuhabiskan jatah makanku untuk satu hari sekaligus..”lanjut Yoona cepat. Youngbae yang merasa bersalah buru-buru lari dan membelikan Yoona satu bungkus ttokpoki.

“Kau masih mual-mual saja?” tanya Youngbae setelah memberi ttokpoki pada Yonna dan kembali duduk, kali ini duduk disampingnya.

“Hmmm..” jawab Yoona singkat sambil sibuk mengunyah.

“Masa masih mual juga? Kau sudah control??” tanya Youngbae lagi sambil memperhatikan Yoona yang begitu lahap memakan ttokpokinya.

“Belum, rencananya lusa baru ke rumah sakit lagi, Jiyong sedang sibuk akhir-akhir ini..”

“Kau bisa minta tolong aku kan??” tawar Youngbae.

“uh, terimakasih tawarannya, tapi aku sudah membuat janji pada Jiyong, besok Jumat dia akan menemaniku..” ujarnya disela-sela kunyahan.

“Ah.. itu dia!” youngbae menunjuk kearah belakang Yoona, Yonna menoleh dan mendapati Jiyong sedang berjalan kearah mereka, setelah sampai dikusi taman tempat mereka duduk, Jiyong segera menghempaskan pantatnya disamping Youngbae.

Wajah Jiyong terlihat begitu lelah, entah karena pekerjaan atau hal lain yang mengganggu pikirannya, “Kau tak apa, Ji??” tanya Yoona peduli setelah beberapa saat Jiyong tak melakukan apa-apa setelah duduk melainkan hanya diam dan terlarut dalam pikirannya sendiri.

Mendengar pertanyaan Yoona, Jiyog hanya tersenyum, “Ah.. tak apa, hanya sedikit capek..” jawabnya singkat. Youngbae yang meilhat hal itu sebnarnya paham akan apa yang dialamai Jiyong, namun Youngbae tak mau ikut campur.

“Oh.. eng, kalau begitu aku balik ke kantor dulu ya.. ” pamit Youngbae singkat, namun buru-buru Jiyong tahan.

“Bae, bisakah kau mengantar Yoona pulang nanti sore?” tanya Jiyong masih dengan wajahnya yang datar. Youngbae otomatis menoleh ke arah Yoona, Yoona hanya memberi tanda ‘iya’ dengan anggukan kecil.

“Oh, oke.. tapi kau memangnya mau kemana?” tanya Youngbae hati-hati.

“Ah.. emm.. aku ada urusan, aku pulang ya..” pamit Jiyong buru-buru, sementara Yoona dan Youngbae hanya bengong.

“Dia kenapa sih?” tanya Yoona heran, Youngbae hanya mengendikkan bahunya lalu menawarkan tangannya untuk membantu Yoona berdiri.

“Ayo kembali ke kantor, kau anak boss, bukan berarti bisa terlambat..” canda Youngbae, Yoona lalu cemberut dan memukul lengan atas Youngbae pelan.

===

Jiyong menegak habis kaleng bir kesekiannya, hari masih sore, ia tak mau mabuk, namun iapun tak mau sadar, bir kali ini menjadi temannya, berharap bir-bir itu bisa membuatnya sedikit mabuk, namun sepertinya ia salah.

“Ji..” panggil Youngbae sambil duduk di sofa apartment mereka, Youngbae tau Jiyong pasti memikirkan Shinbi.

“Kau sudah dapat kabar darinya??” tanyanya dan langsung tertunduk kecewa ketika melihat Youngbae hanya mengangguk pelan. “Apa dia benar-benar ingin memutuskan hubungan dengan kita??” tanya Jiyong sedih, Youngbae hanya terdiam tak bisa menjawab pertanyaan Jiyong yang terdengar amat merana.

“Ini semua gara-gara aku, Bae.. Jika saja aku lebih tegas, jika aku lebih berani, semua ta akan jadi seperti ini.. aku teman yang jahat.” Youngbae hanya menepuk bahunya tanda simpati, “Bae.. I loved her even before she realize that she loved me..” akunya pelan, sebulir air mata lepas dan meluncur di pipinya.

Youngbae tak kaget, he always loved Shinbi, tapi sepertinya kedua sahabatnya itu sama-sama takut akan dua hal, cinta mereka tak terbalas, dan malah membuat hubungan mereka menjadi aneh, dan lihatlah sekarang, nothing right between them, mereka sama-sama merana, hanya karena mereka tak saling mengungkapkan perasaan mereka. Andai Shinbi bisa menyadari betapa protektifnya Jiyong padanya, jika Jiyong menyadari bahwa perasaannya pada Shinbi melebihi rasa sayang pada seorang adik, dan Yoona hanya pelariannya saja lebih awal, mungkin semua tak akan jadi seperti ini.


=*=*=*
it's not the final yet~~
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Wedding Suit part 2"

Post a Comment

abis baca kudu komen! kkkk ^^.
paling ga bilang "baca" biar Amel tau kalo tulisannya ada yg baca, thx <3